Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BMKG: Hujan Ekstrem Masih Menghantui Sepekan Mendatang

Kondisi ini telah menimbulkan dampak hidrometeorologis seperti banjir, tanah longsor, genangan air, pohon tumbang, hingga kerusakan infrastruktur.
Ilustrasi petir/BMKG
Ilustrasi petir/BMKG

Bisnis.com, JAKARTA — Hingga akhir Juni 2025, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat baru sekitar 30% zona musim yang secara klimatologis masuk kemarau. Di sisi lain, potensi hujan masih tinggi di banyak wilayah dalam sepekan ke depan.

Dilansir laman resmi BMKG, dalam prospek cuaca mingguan periode 11–17 Juli 2025, cuaca ekstrem masih mungkin terjadi. Meskipun fenomena atmosfer global seperti El Niño–Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) berada dalam kondisi netral, sejumlah faktor lokal dan regional seperti gelombang ekuatorial, konvergensi angin, dan sirkulasi siklonik berperan dalam pembentukan awan hujan.

BMKG mencatat hujan lebat hingga sangat lebat telah terjadi di beberapa daerah dalam beberapa hari terakhir. Pada 9 Juli, curah hujan harian mencapai 57,6 mm di Nabire, Papua, dan 52,5 mm di Kalimantan Barat. Sehari sebelumnya, hujan ekstrem juga tercatat di Papua Barat sebesar 88,9 mm, Sumatra Utara sebesar 76,8 mm, Sumatra Barat sebesar 74,0 mm, Maluku sebesar 62,3 mm, dan Papua sebesar 55,4 mm. 

Kondisi ini telah menimbulkan dampak hidrometeorologis seperti banjir, tanah longsor, genangan air, pohon tumbang, hingga kerusakan infrastruktur di sejumlah wilayah.

BMKG memproyeksikan potensi cuaca ekstrem akan berlanjut dalam sepekan. Gelombang Equatorial Rossby diperkirakan aktif di Sumatera, Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT. Sementara Gelombang Kelvin akan memengaruhi wilayah Sulawesi bagian utara, NTB, NTT, dan Papua bagian selatan.

Potensi terbentuknya sirkulasi siklonik di timur Filipina dan barat Bengkulu juga disebut dapat memperkuat zona konvergensi dan meningkatkan intensitas hujan.

Di sisi lain, kecepatan angin permukaan diprediksi bisa melebihi 25 knot di beberapa wilayah perairan seperti Laut Natuna Utara, Laut Arafuru, Laut Timor, dan Samudra Hindia barat daya Banten. Kondisi ini berisiko memicu gelombang tinggi.

Cuaca berawan hingga hujan ringan diperkirakan berlangsung pada 11–13 Juli, namun hujan sedang diprediksi terjadi di berbagai wilayah seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. BMKG juga mengeluarkan peringatan dini untuk hujan lebat di Aceh dan Papua Selatan, serta angin kencang di sejumlah wilayah selatan Indonesia.

Pada 14–17 Juli, hujan sedang hingga lebat masih berpotensi terjadi terutama di wilayah barat dan timur Indonesia. Status siaga dikeluarkan untuk Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Maluku, dan Papua Pegunungan. Wilayah pesisir barat dan selatan, termasuk Bengkulu, Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua juga diperkirakan terdampak angin kencang.

Masyarakat dan pemerintah daerah diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko cuaca ekstrem terutama hujan lebat, angin kencang, petir, dan gelombang tinggi, meski sebagian wilayah mulai memasuki musim kemarau.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper