Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia menyerukan isu loss and damage dimasukkan dalam agenda riset iklim BRICS, sebagai bentuk keberpihakan terhadap negara-negara yang paling terdampak krisis iklim dalam forum negara BRICS.
Untuk diketahui, aliansi ekonomi- politik yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan, serta sejumlah negara mitra seperti Mesir dan Uni Emirat Arab tengah menyoroti isu kerentanan negara berkembang terhadap perubahan iklim. BRICS yang kini berkembang menjadi blok strategis Global South, membahas arah kebijakan iklim global dalam forum BRICS Climate Leadership agenda yang digelar di Itamaraty Palace, Brasília.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup/Wakil Kepala Badan Pengenalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) Diaz Hendropriyono mengatakan pihaknya mengajukan isu loss and damage agar menjadi bagian dalam ruang lingkup BRICS Climate Research Platform.
“Ini mengacu pada UNFCCC dan penting sebagai pijakan ilmiah dalam merancang kebijakan berbasis keadilan iklim,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (29/5/2025).
Adapun forum ini membahas dua dokumen kunci yang akan menjadi bahan pertimbangan pada High-Level Meeting on Climate Change and Sustainable Development tanggal 28 Mei 2025 dan selanjutnya diusulkan pada KTT BRICS XVII Juli mendatang, yaitu Terms of Reference (ToR) untuk BRICS Climate Research Platform (BCRP) dan joint declaration hasil pertemuan tingkat tinggi negara-negara BRICS.
Menurutnya, pertukaran data ilmiah antarnegara dalam konteks BCRP harus dilakukan secara sukarela, guna menjaga prinsip kesetaraan dan
kedaulatan informasi.
Baca Juga
Selain itu, Indonesia mendorong agar bagian Annex dari joint declaration difinalisasi secara menyeluruh sebelum dokumen dibawa ke forum kepala negara. Annex tersebut mengandung rincian teknis pelaksanaan dan menjadi bagian tidak terpisahkan dari kesepakatan utama.
“Finalisasi Annex perlu dilakukan sejak awal. Ini bukan sekadar pelengkap tetapi elemen substantif yang harus dibahas dengan seksama sebelum naik ke level kepala negara,” kata Diaz.
Dia menambahkan seluruh usulan Indonesia disambut baik oleh negara-negara anggota dan akan dimasukkan ke dalam dokumen akhir sebagai bagian dari komitmen kolektif BRICS dalam memperkuat kerja sama ilmiah, transparan, dan berbasis keadilan iklim.