Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) menyambut positif inisiatif peningkatan pemanfaatan energi hijau yang tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN terbaru. Dalam rencana tersebut, kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT) ditargetkan mencapai 76% dalam periode 2025–2034.
Selama periode tersebut, kapasitas pembangkit listrik ditargetkan bertambah sebesar 69,5 gigawatt (GW). Dari jumlah tersebut, 42,6 GW akan berasal dari pembangkit EBT, dan 10,3 GW dari sistem penyimpanan energi (storage). Panas bumi sendiri ditargetkan menyumbang kapasitas sebesar 5,2 GW.
PGEO menilai arah kebijakan nasional ini sudah berada dalam jalur yang sama dengan visi dan misi Perseroan. Dalam mendukung target nasional tersebut, PGE berkomitmen menjaga momentum percepatan pertumbuhan sebagai bagian dari kontribusinya terhadap bauran energi.
Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Julfi Hadi mengatakan peningkatan porsi EBT dalam pembangkit listrik nasional menjadi langkah strategis untuk mendorong swasembada energi. Kebijakan ini juga dinilai akan memperkuat mata rantai ekonomi berbasis potensi sumber daya dalam negeri.
“Oleh karena itu, PGE siap berkontribusi aktif untuk menyediakan energi lokal [indigenous] yang andal, menggerakkan ekonomi lokal dan regional, sekaligus mendukung pencapaian target-target nasional melalui pengembangan proyek-proyek kunci,” kata Juli dalam siaran pers, Selasa (27/5/2025).
Beberapa proyek kunci PGE untuk mencapai target tersebut mencakup pengembangan Lumut Balai Unit 2 berkapasitas 55 megawatt (MW), Hululais Unit 1 & 2 (110 MW), serta sejumlah proyek co-generation dengan total kapasitas 230 MW.
Baca Juga
Proyek panas bumi Lumut Balai Unit 2 ditargetkan mulai beroperasi pada pertengahan tahun ini dan akan berkontribusi pada tambahan kapasitas terpasang PGEO. Di samping itu, PGEO juga tengah mempersiapkan eksplorasi panas bumi di Seulawah, Kotamobagu, dan Gunung Tiga.
Pertamina Geothermal menargetkan peningkatan kapasitas terpasang dari 672 MW menjadi 1 GW dalam dua tahun ke depan, dan 1,7 GW pada 2034. Perusahaan juga telah mengidentifikasi potensi cadangan sebesar 3 GW dari 10 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang dikelola sendiri.