Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perubahan Iklim dan Pemanasan Global Tambah Risiko pada Kehamilan

Perubahan iklim meningkatkan peluang kehamilan yang sehat di seluruh dunia, terutama di tempat-tempat yang perawatannya sudah sulit diakses
Ilustrasi Ibu Hamil. Bisnis
Ilustrasi Ibu Hamil. Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Pemanasan global bukan hanya tentang mencairnya gletser atau naiknya permukaan air laut. Pemanasan global juga merupakan risiko kesehatan yang nyata. Perubahan iklim akibat manusia telah menggandakan jumlah hari-hari yang sangat panas bagi ibu hamil di 9 dari 10 negara di dunia, yang mengancam ibu dan bayi yang belum lahir.

Wakil Presiden Bidang Sains Climate Central Kristina Dahl mengatakan suhu harian di 247 negara dari tahun 2020 hingga 2024, menghitung hari-hari yang sangat panas yang dikaitkan dengan kelahiran prematur. Sepertiga negara yang diteliti mengalami setidaknya satu bulan tambahan hari-hari berisiko panas selama kehamilan dibandingkan dengan apa yang akan terjadi tanpa perubahan iklim. 15 negara hampir semuanya di Karibia mengalami setidaknya 60 hari berisiko panas tambahan setiap tahunnya.

Sebagian besar negara yang terbebani dengan hari-hari berisiko panas tambahan adalah negara-negara berkembang dengan akses terbatas ke layanan kesehatan. Namun Singapura merupakan pengecualian. Negara-kota yang kaya ini merupakan negara yang paling terdampak di Asia oleh perubahan iklim dan hal ini menyebabkan tambahan 46 hari berisiko panas tahunan bagi ibu hamil.

"Perubahan iklim meningkatkan peluang kehamilan yang sehat di seluruh dunia, terutama di tempat-tempat yang perawatannya sudah sulit diakses," ujarnya dilansir Bloomberg, Selasa (27/5/2025). 

Banyak penelitian telah menunjukkan hubungan yang jelas antara paparan panas dan risiko komplikasi kehamilan yang lebih tinggi seperti hipertensi, diabetes gestasional, rawat inap ibu, dan morbiditas ibu. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, bahkan satu hari paparan panas ekstrem selama kehamilan dapat meningkatkan risiko komplikasi. Paparan panas telah dikaitkan dengan tingkat kelahiran mati dan kelahiran prematur yang lebih tinggi.

"Cuaca panas ekstrem tidak hanya berbahaya bagi ibu hamil. Cuaca panas ekstrem juga dapat berdampak negatif pada kesuburan pria dengan mengurangi jumlah dan kualitas sperma," katanya. 

Sebuah studi oleh Universitas Nasional Singapura menemukan bahwa pria yang terpapar cuaca panas ekstrem memiliki risiko 46% lebih tinggi mengalami jumlah sperma rendah, dan risiko 40% lebih tinggi mengalami konsentrasi sperma rendah.

Peneliti Climate for Health Bruce Bekkar menuturkan memangkas emisi bahan bakar fosil tidak hanya baik untuk planet ini tetapi juga untuk melindungi ibu hamil dan bayi baru lahir di seluruh dunia. 

"Dalam jangka pendek, orang perlu mengambil tindakan pencegahan terhadap cuaca panas terutama mereka yang memiliki penyakit penyerta, anak kecil, dan ibu hamil," ucapnya. 

Di Singapura, pemerintah memiliki peringatan tentang tekanan panas yang memberikan informasi terkini tentang risiko tekanan panas di berbagai wilayah negara. Namun, solusi jangka panjang tetap terletak pada pengurangan emisi gas rumah kaca.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper