Bisnis.com, JAKARTA — Sektor properti berkomitmen dalam mendukung target Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia sebagai upaya menuju masa depan yang berkelanjutan.
NDC Indonesia adalah komitmen nasional untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan beradaptasi dengan perubahan iklim, sesuai dengan Perjanjian Paris atau Paris Agreement to the United Nations Framework Convention on Climate Change. Di dalam perjanjian tersebut, 197 negara menyepakati perjanjian internasional tentang perubahan iklim dan komitmen yang dibuat masing-masing negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mencapai tujuan iklim global.
Salah satu upaya sektor properti dalam mendukung keberlanjutan di sektor properti, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bersama dengan para perusahaan dan organisasi GRI, CDP, LCI, IFC, Sustainahaus, AIGCC, SII, dan KPMG, resmi meluncurkan buku panduan inovatif berjudul Transitioning to Net Zero: Net Zero Roadmap Guideline for Property Developers.
Kepala Badan Pengembangan Kawasan Properti Terpadu Kadin Indonesia Budiarsa Sastrawinata mengatakan buku ini menjadi panduan praktis bagi para
pengembang properti untuk menjawab tantangan iklim melalui langkah-langkah nyata menuju pembangunan rendah karbon.
"Kita tidak bisa menutup mata terhadap fakta bahwa Asia, khususnya Asia Tenggara, berada di garis depan risiko perubahan iklim. Jika kita serius terhadap komitmen Nationally Determined Contribution (NDC), maka kita perlu melihat transisi net zero bukan sebagai wacana, tetapi
sebagai strategi nasional," ujarnya, Jumat (23/5/2025).
Namun, keseriusan dalam komitmen menuju net zero ini juga membutuhkan biaya yang tak sedikit. Pendanaan adalah tantangan besar, namun sekaligus peluang transformasional untuk membangun kota dan bangunan masa depan yang cerdas, rendah karbon, dan tahan iklim. Oleh karena itu, salah satu jembatan utama dalam transisi ini adalah pembiayaan hijau.
Baca Juga
"Sustainable finance tidak lagi sekadar tren, tetapi menjadi kebutuhan sistemik. Ini memungkinkan terciptanya inovasi dalam pembangunan hijau, efisiensi operasional, dan bahkan mendorong profitabilitas serta nilai properti jangka panjang," katanya.
Adapun panduan ini disusun karena adanya perubahan iklim berkembang pesat, dan sektor bangunan memainkan peran sentral dalam konsumsi energi global dan emisi. Kemudian, inisiatif global mendesak sektor konstruksi dan properti untuk beralih menuju operasi dan pengembangan dengan nol karbon.
Selain itu, dengan meningkatnya permintaan perumahan di Indonesia, transisi menuju konstruksi berkelanjutan yang mengintegrasikan energi terbarukan dan teknologi efisiensi energi menjadi sangat penting.
"Munculnya inisiatif pembiayaan berkelanjutan telah menjadikan penilaian risiko iklim sebagai faktor kunci dalam keputusan investasi, menekankan
pentingnya kepatuhan terhadap Environmental, Social, and Governance (ESG) serta strategi dekarbonisasi. Peta jalan komprehensif menuju net zero," tuturnya.
Panduan ini bertujuan untuk menyediakan peta jalan yang terstruktur bagi perusahaan properti dalam menyelaraskan operasinya dengan target NDC Indonesia. Kemudian, membantu pengembang dalam mempersiapkan strategi manajemen risiko internal dan pengurangan emisi yang efektif.
"Membimbing pengembang dalam mematuhi persyaratan pengungkapan iklim yang semakin ketat, seperti kerangka kerja International Sustainability Standards Board (ISSB)," ucap Budiarsa.
Dia menambahkan Transitioning to Net Zero ini juga menguraikan tren terkini dalam layanan keuangan terkait keberlanjutan dan persiapan yang diperlukan bagi pengembang properti, terlepas dari skala perusahaan. Panduan ini memberikan pemahaman tentang dua risiko besar terkait iklim yang harus diintegrasikan ke dalam penilaian risiko bisnis seperti kebijakan pajak karbon dan regulasi bangunan hijau. Selain itu, risiko fisik dengan meningkatan biaya operasional akibat suhu global, dan frekuensi kejadian cuaca ekstrem.