Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hutan Primer Indonesia yang Hilang Turun 11% pada 2024

Tren di Indonesia kontras dengan kondisi global yang mencatatkan rekor kenaikan luas hutan yang hilang
Foto udara api membakar lahan gambut di Pedamaran, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, Senin (18/9/2023). Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sumatera menerjunkan 9 regu Manggala Agni dari Daops OKI, Lahat, Muba, Banyuasin dan Jambi untuk melakukan pemadaman kebakaran lahan gambut di wilayah tersebut. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Foto udara api membakar lahan gambut di Pedamaran, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, Senin (18/9/2023). Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sumatera menerjunkan 9 regu Manggala Agni dari Daops OKI, Lahat, Muba, Banyuasin dan Jambi untuk melakukan pemadaman kebakaran lahan gambut di wilayah tersebut. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA — Penurunan luas hutan primer Indonesia melambat 11% pada 2024 dibandingkan dengan 2023. Tren di Indonesia kontras dengan kondisi global yang mencatatkan rekor kenaikan luas hutan yang hilang.

Laporan Global Forest Watch milik World Resources Institute (WRI) yang mengacu pada data Global Land Analysis & Discovery (GLAD) University of Maryland menunjukkan bahwa hutan hujan primer seluas 6,7 juta hektare (ha) lenyap sepanjang 2024. Jumlah ini meningkat pesat dibandingkan dengan 2023 yang berada di angka 3,74 ha.

Di Indonesia, luas hutan primer yang hilang sepanjang 2024 mencapai 260.000 ha, lebih rendah daripada 2023 yang berada di angka 290.000 ha. 

Tahun 2024 juga menandai akhir masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Periode kedua Jokowi diwarnai dengan sejumlah upaya perlindungan hutan dan restorasi kawasan hutan yang terdegradasi. Meski demikian, luas hutan yang hilang sempat menyentuh rekor tertinggi pada periode pertama kepresidenannya, yakni sebesar 930.000 ha pada 2016.

Laporan WRI mengungkap bahwa sebagian besar hutan primer yang hilang di Indonesia terjadi di wilayah yang berdekatan dengan konsesi kayu, perkebunan kelapa sawit, pertanian skala kecil, dan area pertambangan, atau akibat ekspansi kegiatan pembalakan.

Beberapa provinsi mencatat peningkatan tingkat kehilangan yang minim, termasuk di Sumatra yang mencakup Aceh, Bengkulu, dan Sumatra Selatan, serta Papua. Hilangnya hutan primer juga terjadi di beberapa kawasan lindung, seperti Taman Nasional Kerinci Seblat, Tesso Nilo, dan ekosistem Leuser di Aceh.

Penurunan kehilangan hutan primer juga terjadi di beberapa negara Asia Tenggara lainnya. Misalnya, Malaysia mengalami penurunan 13% dibandingkan tahun sebelumnya, dan untuk pertama kalinya keluar dari daftar 10 negara dengan kehilangan hutan terbesar.

Meskipun tren ini positif, Malaysia telah kehilangan hampir seperlima hutan primernya sejak 2001 dan hampir sepertiga sejak 1970-an.

“Upaya pemerintah untuk membatasi perluasan perkebunan dan memperketat hukum kehutanan kini didukung oleh komitmen korporasi untuk mengurangi deforestasi,” tulis laporan tersebut.

Sementara itu, meskipun hilangnya hutan primer di Laos turun sebesar 15% pada 2024, total kehilangan tahun ini tetap menjadi yang tertinggi kedua sepanjang sejarah. Di Laos, kehilangan hutan primer terutama didorong oleh ekspansi pertanian, sebagian besar karena investasi dari China yang merupakan pengimpor utama hasil pertanian Laos. Situasi ekonomi yang buruk juga diduga mendorong petani lokal untuk membuka lahan pertanian baru di kawasan hutan akibat tingginya biaya kebutuhan pokok.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper