Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penerbitan Utang Berkelanjutan pada 2025 Dibayangi Tarif Trump

Penerbitan utang berkelanjutan sepanjang Januari–April 2025 menjadi yang tertinggi kedua setelah 2024 dengan nilai US$654,82 miliar
Ilustrasi utang berkelanjutan dan obligasi hijau
Ilustrasi utang berkelanjutan dan obligasi hijau

Bisnis.com, JAKARTA — Penerbitan utang berkelanjutan (sustainable debt) berpeluang mencapai rekor tertinggi pada 2025. Namun prediksi ini dibayangi ancaman tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump terlepas dari permintaan yang kuat dari investasi berdampak.

Bloomberg Intelligence melaporkan bahwa penerbitan utang berkelanjutan menembus US$654,82 miliar sepanjang Januari–April 2025. Penerbitan ini menjadi yang tertinggi kedua dalam periode empat bulan setelah rekor yang dicatatkan pada 2024.

“Namun, kekhawatiran mengenai tarif dan wacana anti-ESG [environmental, social and governance] dari pemerintahan Trump menghambat peningkatan tersebut,” tulis BI ESG Senior Strategist Chris Ratti dan BI ESG Strategy Associate Jia Jun Bar dalam laporanya.

Dari total penerbitan utang berkelanjutan sepanjang Januari–April 2025, obligasi hijau (green bond) menjadi kontributor penerbitan terbesar dengan nilai US$226 miliar atau sekitar 35%. 

Penerbitan obligasi sosial (social bond) menempati peringkat kedua dengan nilai US$218 miliar atau setara 33%, diikuti obligasi keberlanjutan (sustainability bond) sebesar US$101,5 miliar. Penerbitan pinjaman, obligasi terkait keberlanjutan, dan obligasi transisi masing-masing tercatat lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya, yaitu di angka US$91,8 miliar, US$13,1 miliar, dan US$4,1 miliar.

Pemerintah, termasuk entitas supranasional, menjadi sektor penerbit terbesar hingga April dengan total US$210 miliar, meskipun lebih rendah dibandingkan dua tahun sebelumnya. 

“Kami memperkirakan pemerintah akan terus memimpin penerbitan pada 2025, sementara penerbitan korporasi turun 31% dibandingkan dengan periode sebelumnya,” papar Tim ESG Bloomberg Intelligence.

Dolar AS melanjutkan tren 2024 sebagai mata uang dominan dalam penerbitan utang berkelanjutan pada April (52%) dan sepanjang tahun (47%). Euro berada di posisi kedua dengan 22% pada bulan tersebut dan 29% sepanjang tahun. Yuan berada di posisi ketiga pada April dengan peningkatan dari 3% pada Maret menjadi 12%, sedangkan yen tercatat sebesar 2% pada kedua periode.

Secara regional, penerbitan di Amerika mengalami penurunan 5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun Amerika masih mendominasi dengan kontribusi 36% dari total penerbitan utang berkelanjutan tahun ini, dengan nilai US$234,2 miliar.

Sementara itu, kawasan Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA) menempati peringkat kedua dengan penerbitan sebesar US$212,3 miliar, turun 27% dibandingkan tahun sebelumnya.

Entitas supranasional berada di posisi ketiga dengan US$95,4 miliar, naik 12% dari tahun sebelumnya. Di sisi lain, Asia Pasifik mengalami penurunan 15% dari periode yang sama tahun lalu dengan nilai US$113 miliar yang merepresentasikan pangsa sebesar 17%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper