Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penerbitan Obligasi Hijau Anjlok 32% Sepanjang 2025

Penerbitan obligasi hijau turun 32% di 2025 akibat perubahan kebijakan iklim di AS dan UE, serta ketidakpastian regulasi ESG dan tantangan makroekonomi.
Ilustrasi utang berkelanjutan dan obligasi hijau
Ilustrasi utang berkelanjutan dan obligasi hijau
Ringkasan Berita
  • Penerbitan green bonds turun 32% sepanjang 2025 akibat perubahan kebijakan iklim di AS dan Uni Eropa.
  • Pangsa obligasi berlabel ESG secara global turun menjadi 10,2% dari total penerbitan obligasi, dibandingkan 11,7% pada 2024.
  • Ketidakpastian regulasi dan tantangan makroekonomi menjadi faktor utama penurunan penerbitan obligasi hijau.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai obligasi hijau atau green bonds yang diterbitkan pemerintah, bank dan korporasi turun signifikan sepanjang 2025, seiring dengan perubahan arah kebijakan iklim di Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Data yang dipublikasi lembaga pemeringkat Fitch Ratings, mengutip Reuters, memperlihatkan bahwa penerbitan obligasi berlabel berkelanjutan (sustainability bonds) secara umum turun 25% menjadi US$400 miliar secara tahunan sepanjang semester I/2025. Di sisi lain, penawaran selama kuartal II/2025 juga menjadi yang terendah sejak 2019.

Secara spesifik, penerbitan obligasi hijau yang dana hasil penghimpunan dipakai untuk proyek iklim atau lingkungan, turun 32% mendekati US$100 miliar.

Seiring dengan koreksi ini, pangsa obligasi berlabel lingkungan, sosial dan tata kelola (environmental, social and governance/ESG) secara global turun menjadi 10,2% dari total penerbitan obligasi, dari 11,7% pada 2024.

Penurunan ini terjadi bersamaan dengan keputusan Presiden AS Donald Trump yang menarik diri dari berbagai inisiatif keberlanjutan global dan melonggarkan standar lingkungan.

Di Eropa, para pembuat regulasi Uni Eropa tengah merundingkan proposal yang akan melonggarkan aturan pelaporan keberlanjutan korporasi untuk sebagian besar perusahaan.

Fitch menyatakan bahwa faktor utama yang memengaruhi pasar adalah ketidakpastian terkait belanja modal, yang dipicu oleh tantangan makroekonomi dan ketidakstabilan geopolitik.

“Ketidakpastian yang terus berlanjut terkait regulasi ESG, termasuk keterlambatan implementasi dan pembatalan kebijakan di AS dan UE, kemungkinan membuat para penerbit memilih menunggu kejelasan regulasi,” tambah Fitch.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro