Bisnis.com, JAKARTA — Sektor swasta memiliki peran strategis dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs).
Pemerintah tak dapat bekerja sendiri dalam mencapai TPB/SDGs. Pasalnya, anggaran yang terbatas dan berbagai tantangan pembangunan membuat kolaborasi dengan sektor swasta menjadi kekuatan tersendiri.
Adapun sektor properti turut serta menyumbang tercapainya TPB/SDGs pada 2030. Penyediaan perumahan beserta fasilitasnya bukan hanya tanggung jawab satu pihak, melainkan membutuhkan sinergi antara pemerintah pusat, daerah, swasta, dan masyarakat. Tren investasi properti di Indonesia saat ini tengah mengarah ke pembangunan ramah lingkungan dan berkelanjutan (sustainable).
Direktur Utama PT Perdana Gapuraprima Tbk Arvin F Iskandar mengatakan pada kuartal I/2025, penjualan PT Perdana Gapuraprima Tbk (GPRA) tumbuh sekitar 10,7% dari tahun 2024.
“Dibandingkan dengan kuartal pertama 2024, penjualan pada kuartal pertama 2025 naik Rp9,15 miliar atau tumbuh 10,72%, yakni dari Rp119,99 miliar menjadi Rp132,85 miliar. Kenaikan disebabkan oleh penjualan perumahan dan rumah toko (ruko),” ujarnya, , Selasa (6/5/2025).
Motor penjualan Gapuraprima sepanjang kuartal 1/2025 adalah produk rumah dan ruko, yakni sebesar Rp105,91 miliar. Segmen rumah dan ruko menyumbang sekitar 80 persen terhadap total pendapatan Gapuraprima per akhir Maret 2025.
Baca Juga
Penjualan rumah dan ruko tiga bulan pertama 2025 bila disandingkan dengan raihan periode sama tahun lalu terlihat meningkat sekitar 7%. Dalam tiga bulan pertama 2024, penjualan rumah dan ruko Gapuraprima masih bertengger di angka Rp98,68 miliar.
“Pendapatan selain dari perumahan Bukit Cimanggu City dan Metro Cilegon juga dari proyek lainnya,” jelas Arvin.
Saat ini, Gapuraprima juga gencar memasarkan produk perumahan baru yaitu Botanica Signature Padjadjaran di Pakuan Bogor seluas 16.041 meter persegi. Kemudian, proyek Puri Semanan Residence di Jakarta Barat seluas 6.125 meter persegi dan Botanica Cibubur di Cileungsi Bogor seluas 80.491 meter persegi.
Selain perumahan, pendapatan berkesinambungan (recurring income) juga turut berkontribusi hampir 30% terhadap total pendapatan Gapuraprima pada kuartal pertama 2025.
“Recurring income Perseroan berasal dari sewa/service apartment dan komersial,” jelas Arvin.
Arvin mengakui, kehadiran insentif berupa Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) ikut membantu penjualan Gapuraprima.
“Namun, mohon pihak perbankan dapat membantu approval KPR/KPA. Karena banyak reject KPR/KPA dari perbankan,” harap Arvin.
Peningkatan penjualan ikut memengaruhi raihan laba bersih Gapuraprima sepanjang tiga bulan pertama 2025. Per akhir Maret 2025, laba bersih GPRA tercatat sebesar Rp37,31 miliar, naik dibandingkan dengan periode sama 2024 yang sekitar Rp36,78 miliar.
Sementara itu, jumlah aset Gapuraprima tercatat sebesar Rp2 triliun per akhir Maret 2025, naik dibandingkan per akhir Desember 2024 yang sekitar Rp11,97 triliun.
Gapuraprima menurunkan jumlah liabilitas menjadi Rp603,87 miliar per akhir Maret 2025, sedangkan per akhir Desember 2024 sekitar Rp604,84 miliar. Hal serupa dicatat Gapuraprima di lini ekuitas. Per akhir Desember 2024, ekuitas GPRA sebesar Rp1,36 triliun, sedangkan akhir Maret 2025 senilai Rp1,40 triliun.