Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Kehutanan meminta masyarakat dan para pemangku kepentingan terkait tidak boleh lengah meskipun kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mengalami tren penurunan setiap tahunnya.
Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni mengatakan Indonesia pernah menghadapi bencana yang memprihatinkan terkait karhutla.
“Kita belajar dari kesalahan masa lalu dan kita memperbaiki diri sehingga trennya terus menurun, tapi tentu tidak membuat kita lengah, tidak membuat kita sombong, jumawa, sehingga kita tidak hati-hati,” ujarnya dalam keterangan resmi dikutip Rabu (30/4/2025).
Menurutnya, seluruh pihak yang terlibat dalam pencegahan dan penanganan karhutla telah belajar dengan baik sehingga tren angka statistik karhutla pada saat ini terus mengalami penurunan.
“Kita ini adalah sebuah bangsa yang pembelajar dan bekerja keras, bahwa dalam sejarah, kita pernah menghadapi bencana yang sungguh memprihatinkan tetapi data menunjukkan kerja keras teman-teman semua ini sudah memperlihatkan keberhasilan yang baik dari angka statistik,” katanya.
Dia menilai kebakaran hutan dan lahan pada 2024 mengalami penurunan sebesar 370.000 hektare lahan dari tahun sebelumnya yang mencapai 1,1 juta hektare lahan.
Baca Juga
“Bahkan angka pada t2023 ketika itu terjadi El Nino dibandingkan dengan 4 tahun sebelumnya, ini ada 4 tahunan El Nino yaitu tahun 2009 angkanya juga turun dari sekitar 1,7 juta hektare menjadi 1,1 juta hektare,” ucapnya.
Menurut Raja Juli, terdapat tiga hal yang membuat tren karhutla menurun yakni kolaborasi yang terpimpin, pencegahan dan penegakan hukum, serta partisipasi masyarakat.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto mengatakan terdapat tujuh provinsi sebagai prioritas utama dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan tahun 2025. Tujuh daerah tersebut adalah Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua.
Penetapan ini didasarkan pada catatan historis kejadian karhutla dalam satu dekade terakhir serta potensi risiko saat musim kemarau yang diproyeksikan dimulai pada akhir April hingga awal Mei.
Menurutnya, respons cepat dari pemerintah daerah dan satgas darat menentukan agar api yang masih kecil, segera padamkan sehingga tidak meluas.
Adapun selama 10 tahun terakhir, Riau mencatat 374 kejadian karhutla, atau 41,75 persen dari total bencana yang terjadi di wilayah itu. Riau juga menjadi provinsi dengan penurunan signifikan kasus karhutla, dari 176 kejadian pada 2023 menjadi 10 kasus di 2024, namun kembali mencatat 11 kasus di awal 2025.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menambahkan terdapat 629 kasus karhutla di sejumlah daerah di Indonesia sepanjang tahun 2024 dan semua berhasil ditanggulangi dengan baik.
Adapun dari sembilan jenis bencana yang melanda Indonesia, kebakaran hutan dan lahan mengalami peningkatan hingga cukup mendominasi pada periode bulan Juli hingga Oktober 2024.
Pihaknya menilai kondisi itu terjadi lantaran pada periode Juli-Oktober Indonesia mulai beralih ke musim kering dan beberapa di antaranya cukup ekstrem karena menjalani hari tanpa hujan yang cukup panjang.
Sebaran karhutla hampir merata terjadi di antaranya seperti Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan. Adapun objek yang terbakar menyasar kawasan hutan, lahan mineral dan gambut yang ada di daerah itu dengan luas ratusan ribu hektare.
Dari sejumlah daerah tersebut diketahui Provinsi Sumatera Selatan menjadi daerah yang mengalami karhutla cukup signifikan pada tahun 2024. Berdasarkan data dari Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (BPPIKHL) Wilayah Sumatera tercatat luasan karhutla di Sumatera Selatan mencapai 9.697 hektare selama periode Januari-September 2024.
Karhutla di Sumatera Selatan yang terbanyak terjadi di lahan mineral dengan luas mencapai 6.382 hektare sementara sisanya terjadi di lahan gambut seluas 3.316 hektare yang masing-masing tersebar di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Muara Enim, dan Banyuasin.
Abdul menegaskan peristiwa karhutla tersebut secara keseluruhan berhasil ditangani dengan baik. Hal ini dikarenakan selain dibantu curah hujan yang intens pada musim penghujan, juga didukung oleh kolaborasi dari kementerian bersama lembaga terkait dan pemerintah daerah.