Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) atau BNI melaporkan pertumbuhan kinerja kredit hijau (green loan) hingga Maret 2025. BNI mencatat kredit hijau sebesar Rp72,2 triliun hingga akhir kuartal I/2025, naik 7,12% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp67,4 triliun.
Kredit hijau BNI tumbuh dengan rata-rata kenaikan kumulatif 23,5% sejak 2020. Adapun pada akhir 2024, kredit hijau emiten berkode saham BBNI itu bertengger di angka Rp73,4 triliun dan kredit sosial (social loan) berjumlah Rp117,1 triliun.
Sebagian besar kredit hijau BNI menyasar proyek yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam hayati dan pemanfaatan lahan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, dengan nilai Rp32 triliun.
Kemudian, proyek pengelolaan air dan limbah berkelanjutan sebesar Rp24,8 triliun dan energi terbarukan menempati peringkat ketiga dengan nilai Rp12,2 triliun. BNI juga tercatat menggelontorkan kredit hijau untuk pencegahan polusi sebesar Rp3,2 triliun.
Secara keseluruhan, BNI mencatat sustainable portfolio atau pembiayaan kepada sektor bisnis yang memenuhi Kategori Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KKUB) sesuai aturan OJK sebesar Rp182,4 triliun. Nilai ini merefleksikan rasio sebesar 24,3% dari total portfolio kredit BNI.
Guna mendukung transisi usaha debitur, BNI juga mengembangkan pembiayaan melalui skema Sustainability Linked Loan (SLL). Skema ini memperlihatkan total penyaluran sebesar Rp6 triliun ke berbagai sektor, seperti peternakan dan pengolahan hasil pangan, manufaktur besi, semen, produk batu bara, serta industri barang dari plastik.
Baca Juga
Setelah mencatatkan peningkatan total pembiayaan berkelanjutan menjadi Rp190,5 triliun hingga akhir 2024 dari Rp181,1 triliun pada 2023, BNI menargetkan kredit sektor berkelanjutan akan tetap tumbuh dengan proyeksi outstanding kredit sebesar Rp199,67 triliun pada akhir 2025.