Bisnis.com, JAKARTA — Science Based Targets initiative (SBTi) telah menerbitkan draft awal standar net zero perusahaan yang telah direvisi.
Adapun SBTi merupakan standar yang telah menjadi kerangka kerja untuk memandu perusahaan dalam menetapkan target berbasis sains untuk pengurangan emisi yang bertujuan menahan kenaikan suhu global di bawah 1,5 derajat celsius pada 2050. Standar ini pertama kali ini diluncurkan pada Oktober 2021 dan mulai digunakan oleh 1.500 bisnis.
Ketua SBTi Francesco Starace mengatakan SBTi selalu menjadi garda terdepan dalam aksi iklim. Rancangan standar ini membahas berbagai isu yang kompleks dan meletakkan dasar untuk memungkinkan lebih banyak perusahaan bergerak lebih jauh dan lebih cepat menuju nol emisi bersih.
“Draft awal ini menghasilkan standar yang ketat dan praktis, serta bermanfaat bagi bisnis dan planet ini,” ujarnya dilansir dari laman SBTi, Kamis (20/3/2025).
Menurutnya, dengan anggaran karbon yang terbatas, perusahaan dapat membuka pertumbuhan jangka panjang, mendorong transformasi, dan membangun kepercayaan investor dengan bertindak cepat untuk mempercepat aksi iklim.
Adapun draf standar tersebut menetapkan kerangka kerja berbasis sains, inovatif, dan pragmatis pada 3.000 perusahaan dengan target nol emisi. Standar ini didasarkan pada sains iklim, regulasi, dan standar serta kerangka kerja yang diakui, serta umpan balik dari bisnis dalam mencapai nol emisi bersih.
Baca Juga
Melalui konsultasi publik, SBTi memberdayakan bisnis dan pemangku kepentingan lainnya untuk memberikan umpan balik atas proposal, memastikan bahwa standar tersebut tetap ketat dan praktis.
Adapun revisi terjadi pada tindakan dan rancangan standar membagi emisi kategori 1 dan kategori 2 dalam melakukan dekarbonisasi.
“Proposal mencakup komitmen untuk beralih ke listrik rendah karbon paling lambat tahun 2040,” katanya
Pilihan baru untuk mengatasi pengurangan emisi lingkup 3 dimana area yang lebih dari separuh bisnis yang disurvei oleh SBTi sebagai tantangan paling signifikan dalam penetapan target nol bersih.
Dalam rancangan standar mengusulkan peningkatan fleksibilitas melalui opsi untuk menetapkan target pengadaan hijau dan perolehan pendapatan, alih-alih menetapkan target pengurangan emisi.
Dengan berfokus pada pemasok langsung dan yang berada di sektor dengan emisi intensif untuk menyelaraskan dengan nol bersih, draft tersebut memfokuskan tindakan pada aktivitas dengan emisi paling intensif dan aktivitas yang paling banyak melibatkan perusahaan.
Peluang untuk meningkatkan penghapusan karbon dan memobilisasi keuangan iklim di atas dan di luar persyaratan untuk dekarbonisasi guna memenuhi target pengurangan emisi.
“Rancangan standar menetapkan opsi untuk dipertimbangkan guna mengatasi emisi yang tidak berkurang dan emisi yang tersisa. Ini termasuk melihat pengakuan resmi perusahaan yang berinvestasi dalam Beyond Value Chain Mitigation (BVCM) dan pengenalan target sementara penghilangan karbon,” katanya.
Kemudian, rancangan standar memperkenalkan penilaian dan komunikasi kemajuan terhadap persyaratan target, untuk meningkatkan akuntabilitas dan mengakui perusahaan yang memimpin dalam dekarbonisasi.
Selanjutnya, adanya penyederhanaan persyaratan yang mencerminkan kemampuan dan sumber daya serta menyediakan batu loncatan untuk aksi iklim perusahaan.
SBTi juga mengusulkan rekomendasi atau persyaratan bagi semua perusahaan yang selaras dengan standar untuk membuat rencana transisi. Perencanaan transisi sudah ditetapkan menjadi kewajiban bagi ribuan perusahaan yang menjalankan bisnis di Uni Emirat berdasarkan Arahan Pelaporan Keberlanjutan Perusahaan (CSRD).
Selain pemisahan perusahaan, revisi juga mengharuskan bisnis untuk berkomitmen pada pengurangan 90% dalam emisi cakupan 3 tahun 2050 atau lebih cepat. Akan tetapi, sementara bisnis masih akan diminta untuk menetapkan target jangka pendek yang mencakup semua sumber emisi cakupan 3 yang relevan dan memiliki fleksibilitas dalam menetapkan target jangka panjang.
“Bisnis dapat memilih untuk menetapkan target emisi absolut yang selaras dengan nol bersih global pada 2050, menetapkan target emisi berbasis intensitas yang selaras dengan nol bersih global di 2050, atau menetapkan target untuk meningkatkan tingkat keselarasan kategori, aktivitas, atau mitra rantai nilai dengan nol emisi global pada 2050,” ucapnya.
SBTi juga mengusulkan persyaratan bagi perusahaan untuk menetapkan target terpisah untuk mengurangi emisi cakupan 1 (langsung) dan cakupan 2 (berkaitan dengan daya). Lalu mendorong pula bisnis untuk bertanggung jawab atas emisi residual selama transisi menuju nol bersih termasuk persyaratan bagi perusahaan untuk menetapkan penghapusan karbon baik jangka panjang maupun sementara.