Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jejak Karbon Perusahaan Induk Ritel Fesyen Zara Tembus Rekor, Sentuh 2,6 Miliar Ton

Inditex SA, perusahaan induk merek Zara dan Bershka, melaporkan kenaikan emisi karbon sebesar 10% secara tahunan pada 2024
Konsumen membawa tas belanja berlogo Zara, merek ritel fesyen milik perusahaan asal Spanyol Inditex SA/Bloomberg-Nina Westervelt
Konsumen membawa tas belanja berlogo Zara, merek ritel fesyen milik perusahaan asal Spanyol Inditex SA/Bloomberg-Nina Westervelt

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan induk ritel fesyen Zara, Inditex SA, mencatatkan rekor jejak karbon dari aktivitas pengiriman pakaian pada 2024.

Laporan tahunan Inditex mengungkap bahwa emisi karbon dari transportasi perusahaan ritel asal Spanyol itu naik dua kali lebih cepat daripada volume produk. Torehan ini dibukukan perusahaan meski terdapat target iklim ambisius yang harus dikejar.

Sepanjang 2024, emisi karbon dari aktivitas transportasi Inditex menembus 2,6 miliar ton setara CO2. Volume itu naik 10% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 2,4 miliar ton.

Di tengah kenaikan jejak karbon tersebut, Inditex turut melaporkan kenaikan berat bahan baku dalam aktivitas produksi sebesar 5%.

Meskipun Inditex, yang juga pemilik dari merek Bershka, tidak mengungkapkan secara rinci bagaimana mereka mengangkut barang dagangannya, laporan tersebut menyajikan data tentang energi yang digunakan untuk transportasi masuk dan keluar.

Pada 2024, transportasi masuk yang mencakup perjalanan produk dari pabrik ke pusat logistik membutuhkan energi 15% lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya, menurut dokumen perusahaan seperti dikutip Bloomberg.

Inditex baru-baru ini dikritik karena menggunakan logistik via jalur udara. Pengiriman melalui udara sendiri menjadi faktor kunci keberhasilan Inditex dalam mengelola inventaris secara ketat. Hal itu memungkinkan sirkulasi produk baru yang lebih cepat dibandingkan dengan pesaing.

Adapun sebagian besar ruang di Bandara Zaragoza telah dialokasikan untuk mendukung pengiriman Inditex di Spanyol. Pada 2020, alokasi ruangan untuk perusahaan tersebut mencapai 75%.

"Peningkatan substansial dalam transportasi udara merupakan penjelasan paling masuk akal di balik kenaikan emisi terkait transportasi Inditex secara keseluruhan,” kata David Hachfeld, peneliti dan aktivis di Public Eye, organisasi nirlaba asal Swiss yang meneliti penggunaan pengangkutan udara oleh Inditex dan tahun lalu meluncurkan kampanye untuk mendesak perusahaan menguranginya.

Beberapa peritel fesyen dan eksportir produk dari Asia menggunakan transportasi udara sejak serangan di Laut Merah mengganggu jalur pelayaran tradisional.

"Transportasi laut dan darat adalah metode utama yang kami gunakan untuk mengirimkan pakaian kami," kata Inditex menanggapi pertanyaan dari Bloomberg.

Perusahaan juga mencatat bahwa emisi transportasi mereka tahun lalu meningkat dengan laju yang lebih lambat dibandingkan pertumbuhan penjualan, yang naik 10,5%. Inditex menambahkan bahwa mereka tetap berkomitmen untuk mengurangi total emisi sebesar 50% pada 2030 dan mencapai nol emisi bersih pada 2040.

"Komitmen ini mencakup seluruh emisi kami, tetapi memperhitungkan bahwa dekarbonisasi di setiap elemen rantai nilai kami tidak akan berkurang secara proporsional atau dengan kecepatan yang sama, tergantung pada ketersediaan teknologi atau solusi baru—seperti bahan bakar alternatif, misalnya," kata perusahaan tersebut.

Berdasarkan data yang dilaporkan oleh perusahaan, Inditex memiliki emisi karbon tertinggi kedua di antara merek fesyen terbesar dunia pada 2022. Emisi karbon Inditex bahkan dua kali lipat lebih besar dibandingkan pesaingnya yang lebih kecil, H&M, menurut penyedia data global Statista.

Sebagai catatan, perusahaan sering menggunakan metodologi yang berbeda dalam menghitung emisi mereka, sehingga perbandingan langsung cenderung sulit dilakukan.

Tahun ini, Inditex mengubah metode perhitungan jejak karbonnya. Dengan metode baru tersebut, perusahaan menunjukkan bahwa mereka berhasil menurunkan total emisi sebesar 5% dalam enam tahun hingga 2024, tetapi angka itu hampir tidak berubah dalam setahun terakhir.

Public Eye melaporkan bahwa Inditex mengirimkan sejumlah besar pakaian ke seluruh dunia melalui pesawat. Namun, raksasa fast fashion asal Spanyol ini bukanlah satu-satunya produsen yang melakukan hal ini.

“Kami juga menemukan bukti ribuan ton produk yang dikirim secara tidak perlu melalui pesawat, merugikan iklim,” catat Public eye.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper