Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KLH Sebut Indonesia Hadapi Tantangan Tata Kelola Limbah Baterai Kendaraan Listrik

Indonesia harus meningkatkan kapasitas dalam pengolahan limbah baterai seiring dengan meningkatnya pengguna kendaraan listrik
Pengendara mengisi baterai mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) milik PLN di Jakarta, Selasa (18/2/2025)./Bisnis-Abdurachman
Pengendara mengisi baterai mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) milik PLN di Jakarta, Selasa (18/2/2025)./Bisnis-Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) mengakui bahwa limbah baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) akan menjadi tantangan bagi Indonesia seiring dengan bertambahnya pengguna EV.

Deputi Bidang Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Kelola Nilai Ekonomi Karbon KLH/BPLH Ary Sudjianto mengatakan berkembangnya ekosistem EV di Indonesia membutuhkan tata kelola daur ulang limbah baterai untuk mencegah dampak negatif terhadap lingkungan.

"Kami juga sadar bahwa hal ini yang akan kita hadapi mungkin dalam tiga atau empat tahun yang akan datang. Cara kita mengolah limbah baterai adalah hal yang perlu diperhatikan apabila baterai yang digunakan untuk EV makin banyak," kata Ary dalam acara JAMA Lube Oil Seminar 2025 di Jakarta pada Senin (10/3/2025) sebagaimana dikutip dari Antara.

Ary mengatakan, saat ini Indonesia belum memiliki fasilitas maupun industri yang mendukung pengolahan baterai EV. Akan tetapi, dia optimistis pada pengembangan sektor pengolahan baterai EV karena Indonesia memiliki modalitas dan pengalaman dalam mengolah baterai konvensional.

"Untuk baterai konvensional, Indonesia sudah memiliki infrastruktur untuk mengelolanya. Kita juga memiliki industri untuk mengolahnya dan juga industri yang menggunakan bahan yang telah didaur ulang dari limbah baterai," ujar dia.

Menurutnya, pengolahan baterai EV memerlukan kerja sama dengan pelaku industri dan kebijakan yang mendukung.

"Limbah baterai ini akan jauh lebih besar daripada baterai konvensional ketika Indonesia meningkatkan penggunaan kendaraan listrik hingga 15 juta unit pada tahun 2030. Jadi ini adalah masalah yang perlu kita atasi," kata Ary.

Anggota Komisi XII DPR RI Dewi Yustisiana sebelumnya mengatakan Indonesia memiliki urgensi tinggi untuk meningkatkan penggunaan kendaraan listrik sebagai solusi mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar minyak (BBM) dan polusi udara.

Karena itu pula, kehadiran industri baterai EV menjadi penting sebagai penopang ekosistem kendaraan listrik.

Pemerintah dan swasta juga gencar membangun infrastruktur kendaraan listrik dalam beberapa tahun terakhir, seperti stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) yang melonjak 300% dari sekitar 1.000 unit pada 2023 menjadi lebih dari 3.000 unit pada 2024.

Sementara itu, fasilitas home charging services (HCS) tumbuh lebih dari 300% dari 9.000 unit pada 2023 menjadi 28.000 unit pada 2024.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper