Bisnis.com, JAKARTA — China berhasil menurunkan intensitas karbon dalam perekonomiannya sebesar 3,4% pada 2024. Namun penurunan ini masih di bawah target 3,9% yang dipatok untuk 2025.
Biro Statistik Nasional China mengumumkan bahwa penurunan intensitas karbon ini sejalan dengan lonjakan kapasitas energi terbarukan di negara tersebut. Sebagai catatan, intensitas karbon merefleksikan volume karbon dioksida yang dihasilkan untuk setiap unit pertumbuhan ekonomi.
Meskipun China belum mematok target penurunan emisi karbon secara keseluruhan, Negeri Panda memiliki target pengurangan intensitas karbon sebesar 18% dalam kurun 2021-2025. Target ini merupakan bagian dari rencana jangka panjang China mencapai puncak emisi sebelum 2030.
Target penurunan intensitas karbon China tercatat telah meleset sejak 2023 akibat lonjakan konsumsi energi setelah pandemi Covid-19. Pemerintah sempat berjanji akan meningkatkan upaya hingga dua kali lipat untuk mengejar target.
Analis dari Centre for Research on Energy and Clean Air, Lauri Myllyvirta, mengemukakan China hanya mampu memangkas intensitas karbon sebesar 8% sepanjang 2020-2024. Hal ini membuat target untuk 2025 makin sulit untuk dicapai.
Dia turut menambahkan kondisi tersebut membuat komitmen China untuk mengurangi intensitas karbon lebih dari 65% dalam kurun 2005-2030 makin menantang.
Baca Juga
“Bahkan dalam asumsi optimistis untuk 2025, intensitas karbon China harus turun 22% dalam lima tahun ke depan,” tambahnya seperti dikutip dari Reuters.
Terlepas dari catatan ini, lembaga statistik China menyebutkan bahwa konsumsi energi fosil China turun sebesar 3,8% untuk setiap unit pertumbuhan ekonomi, di atas target 2,5% yang ditetapkan. Negara tersebut membidik pemangkasan intensitas energi sebesar 13,5% selama 2021-2025.