Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah perlu memberikan perhatian dalam pengelolaan limbah yang berpotensi dihasilkan dalam program layanan Cek Kesehatan Gratis (CKG)
Juru Kampanye Polusi dan Urban Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Abdul Ghofar menuturkan terdapat potensi peningkatan sampah dalam program CKG yang melibatkan masyarakat dalam jumlah besar di berbagai penjuru Indonesia. Terlebih, penggunaan bahan medis habis termasuk masker dan sarung tangan.
“Bisa berangkat dari pengalaman Covid ketika ada jumlah jutaan orang setiap hari misalnya, asumsi limbah medis dari proses vaksin dan lain sebagainya, booming limbah medisnya jadi tentu perlu diantisipasi dengan proses yang not as usual, karena harian menghasilkan limbah,” ujarnya dikutip Selasa (10/2/2025).
Penanganan itu perlu menjadi perhatian mengingat program itu dilakukan serentak dilakukan tidak hanya di wilayah yang penanganan limbah medisnya sudah baik tapi juga di lokasi yang penanganan limbahnya belum optimal.
“Barangkali di kota-kota besar tidak jadi persoalan, tapi kalau dia sampai ke daerah-daerah tingkat puskesmas pembantu, atau layanan kesehatan di daerah, di desa-desa, nanti akan sulit,” katanya.
Terlebih, beberapa limbah medis masuk dalam kategori yang membutuhkan penanganan tertentu. Seperti contoh pemeriksaan yang menggunakan sampel darah.
Baca Juga
Walhi mendorong adanya alokasi anggaran terkait pengelolaan sampah dan limbah yang dihasilkan dari program tersebut.
Sementara itu, Deputi Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Berbahaya dan Beracun (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Ade Palguna Ruteka mengatakan program layanan CKG yang dimulai Senin (10/2/2025) memiliki potensi kecil menghasilkan limbah medis infeksius yang membutuhkan penanganan secara khusus.
Program CKG yang mulai dilakukan pada lebih dari 10.200 puskesmas di Tanah Air kebanyakan meliputi jenis skrining yang tidak menghasilkan limbah infeksius seperti darah, kain kasa, botol, dan selang infus, serta jarum suntik.
“Pemeriksaan kesehatan gratis meliputi pengukuran tekanan darah, tes risiko jantung dan stroke, serta pemeriksaan mata. Pemeriksaan kesehatan tersebut kecil kemungkinan menghasilkan limbah medis berkategori infeksius,” ucapnya dilansir Antara.
Menurutnya, program CKG sangat Kecil kemungkinan dalam menghasilkan limbah radiologi dan radioaktif yang juga memerlukan penanganan khusus dari pengelola limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Kendati demikian, jika memang dalam pemeriksaan tersebut menghasilkan limbah medis yang masuk dalam kategori infeksius, maka pihaknya mengimbau pengelola fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) atau puskesmas yang melaksanakan CKG untuk memberikan perhatian khusus.
“Puskesmas wajib melakukan penyimpanan dan segera mengolah dan/atau menyerahkannya ke fasilitas Pengolahan Limbah B3 yang telah mendapatkan kelayakan operasi dari KLH,” tuturnya.
Secara khusus, dia mengimbau agar limbah jenis infeksius yang berpotensi dari layanan pemeriksaan kesehatan gratis itu dapat diserahkan kepada pihak pengelola yang sudah mendapatkan kelayakan operasi dari Kementerian Lingkungan Hidup.
Untuk diketahui, layanan CKG menyasar seluruh masyarakat Indonesia yang berulang tahun dibagi dalam kelompok umur mulai di bawah enam tahun, usia sekolah, usia dewasa, hingga lanjut usia.
Untuk bayi baru lahir akan dilakukan skrining hipotiroid kongenital (SHK). Balita dan anak prasekolah akan menjalani pemeriksaan pertumbuhan, perkembangan, serta deteksi dini terhadap penyakit seperti tuberkulosis, gangguan pendengaran, masalah mata, gigi, thalasemia, dan gula darah.
Bagi masyarakat kategori usia dewasa, pemeriksaan mencakup evaluasi terhadap faktor risiko kardiovaskular dan paru, seperti tuberkulosis dan PPOK. Dilakukan pula deteksi dini terhadap kanker payudara, kanker leher rahim, kanker paru, dan kanker usus, fungsi indera, serta kesehatan jiwa, hati dan calon pengantin.
Sementara itu pemeriksaan pada lansia difokuskan pada deteksi masalah kesehatan umum, seperti geriatri atau kesehatan usia lanjut, gangguan kardiovaskular, paru, kanker, fungsi indera, serta kesehatan jiwa dan hati.