Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fenomena La Nina, Cek Tren Produksi Komoditas Pertanian Unggulan Indonesia

Fenomena iklim La Nina yang mempengaruhi curah hujan di Indonesia diperkirakan bakal mengerek produksi sejumlah komoditas pertanian
Kebun kopi di Kintamani, Bali. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Kebun kopi di Kintamani, Bali. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia hampir pasti menghadapi fenomena La Nina lemah pada pengujung 2024 sampai kuartal I/2025. Fenomena yang diikuti dengan kenaikan curah hujan ini diperkirakan membawa dampak positif bagi produksi komoditas pertanian dan perkebunan nasional.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa fenomena La Nina acap kali diikuti dengan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor dan puting beliung. 

Meski demikian, terdapat sejumlah peluang positif yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Kepala BMKG Dwikorita menyebutkan keberlimpahan air hujan akibat La Nina dapat dimanfaatkan secara optimal guna mendukung ketahanan pangan dan air serta energi.

“Petani memiliki peluang percepatan tanam, perluasan area tanam padi baik di lahan sawah irigasi, tadah hujan, maupun ladang,” kata Kepala BMKG Dwikorita.

Lantas bagaimana tren produksi komoditas pertanian dan perkebunan Indonesia dengan adanya fenomena ini?

Minyak Sawit (crude palm oil/CPO)

FAO sebelumnya melaporkan bahwa indeks harga minyak nabati mengalami kenaikan 11,4 poin atau 7,5% secara bulanan ke level 164,1. Ini merupakan posisi tertinggi sejak Juli 2022 dan dipicu oleh pasokan lebih ketat dari minyak sawit, rapa, kedelai dan bunga matahari.

FAO mengutip kondisi curah hujan yang tinggi sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pasokan minyak sawit.

“Harga minyak sawit internasional telah naik selama enam bulan berturut-turut karena kekhawatiran produksi yang lebih rendah akibat curah hujan tinggi di Asia Tenggara,” tulis FAO dalam laporan bulanannya.

Riset OCBC mengungkap bahwa produksi minyak sawit mentah (CPO) Indonesia pada 2024 cenderung landai dan mungkin di bawah 50 juta ton karena produktivitas yang stagnan, terutama dari kalangan petani swadaya.

Produktivitas di kalangan petani swadaya tercatat hanya tumbuh dari 2,5 ton per hektare (ha) pada 2016 menjadi 2,6 ton per ha pada 2024.

Kopi

Kopi menjadi salah satu komoditas terpanas di pengujung 2024 imbas dari pasokan yang ketat. Harga kopi bahkan mencapai rekor tertinggi di Intercontinental Exchange (ICE) New York.

Kekeringan yang berkepanjangan membuat Volcafe Ltd., salah satu trader kopi arabika dan robusta terbesar dunia, memangkas target produksi kopi Brasil, produsen terbesar di dunia.

Negara itu diperkirakan hanya memproduksi 34,4 juta karung arabika. Angka itu turun sekitar 11 juta kantong dari perkiraan September 2024.

Produksi kopi global juga diperkirakan tidak bisa memenuhi permintaan sebesar 8,5 juta kantong pada musim 2025-2026. Hal ini menandai defisit tahun kelima yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Indonesia sendiri menargetkan produksi kopi sebesar 770.000 ton pada 2024. Dalam laporan di hadapan Komisi IV DPR RI pada November 2024, Kementerian Pertanian melaporkan bahwa realisasi produksi telah mencapai 810.000 ton.

Kakao

Sejalan dengan kopi, harga kakao juga menyentuh level tertinggi dalam tujuh bulan terakhir. Harga kontrak berjangka terpantau naik 6.1% ke US$10.454 per ton karena prospek produksi dari Afrika Barat yang diramal turun.

Di Indonesia, Kementerian Pertanian menargetkan produksi kakao sebesar 660.000 ton. Produksi komoditas bahan baku cokelat ini disebut telah mencapai 630.000 ton atau 95,61% dari target.

Sementara itu, International Cocoa Association (ICCO) menaikkan estimasi defisit kakao global untuk 2023-2024 menjadi 462.000 metrik ton, dari sebelumnya 439.000 metrik ton pada Mei 2024. Angka itu merupakan proyeksi defisit terbesar dalam lebih dari 60 tahun.

ICCO juga memangkas estimasi produksi kakao 2023-2024 menjadi 4,33 juta ton dari 4,46 juta ton pada Mei. ICCO memproyeksikan rasio stok atau hasil penggilingan kakao global 2023-2024 akan mencapai titik terendah dalam 46 tahun sebesar 27,4%.

Beras

FAO melaporkan penurunan rata-rata indeks harga komoditas serealia pada November 2024 sebesar 2,7% secara bulanan menjadi 111,4. Penurunan ini dipicu oleh panen di sejumlah wilayah produsen seperti gandum di belahan bumi selatan dan proyeksi produksi 2025 yang lebih baik di belahan bumi utara.

Faktor lain yang dapat mengerek turun harga gandum, lanjut FAO, mencakup cuaca yang mendukung selama masa penanaman di Amerika Selatan, penurunan permintaan untuk produksi Ukraina dan tekanan musiman dari panen Amerika Serikat.

Adapun untuk beras, FAO menyebut indeks harga komoditas ini mengalami penurunan sebesar 4,0% karena koreksi harga di pasar utama, imbas dari kompetisi yang makin ketat, tekanan produksi, dan depresiasi mata uang terhadap dolar Amerika Serikat.

Kementerian Pertanian mengestimasi produksi padi Indonesia mencapai 55,42 juta ton sepanjang 2024. Per November 2024, realisasi produksi berada di angka 52,66 juta ton.

Gula

Indeks harga gula FAO juga mengalami penurunan bulanan sebesar 2,4% menjadi 126,4 pada November setelah sempat naik dalam dua bulan terakhir. Penurunan ini disebabkan oleh dimulainya masa penggilingan tebu di India dan Thailand, serta berkurangnya kekhawatiran atas prospek produksi Brasil tahun depan.

“Meski curah hujan tinggi sempat mengganggu proses panen tebu di Brasil, tetapi ia meningkatkan kelembaban tanah dan menguntungkan siklus penanaman selanjutnya setelah kawasan ini mengalami kekeringan panjang,” tulis FAO.

Sementara itu di Indonesia, realisasi produksi tebu per November 2024 mencapai 33,22 juta ton atau setara 96,79% dari target Kementerian Pertanian sebesar 34,32 juta ton.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper