Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

India Ungguli China sebagai Tujuan Investasi Teknologi Hijau

India menempati peringkat kedua sebagai destinasi utama investasi teknologi hijau pada kuartal III/2024, mengungguli China di peringkat ketiga
Pekerja di komplek energi terbarukan milik Adani Green Energy Ltd. di Khavda, Gujarat, India./Bloomberg-Sumit Dayal
Pekerja di komplek energi terbarukan milik Adani Green Energy Ltd. di Khavda, Gujarat, India./Bloomberg-Sumit Dayal

Bisnis.com, JAKARTA – India tercatat melampaui China sebagai tujuan investasi teknologi hijau dalam beberapa bulan terakhir. Minat investor telah didorong oleh upaya pemerintah India dalam memperkuat manufaktur hijau di dalam negeri.

Data yang dihimpun BloombergNEF memperlihatkan bahwa aliran investasi hijau ke India pada kuartal III/2024 mencapai US$2,4 miliar, melampaui China yang mendapat guyuran pendanaan sebesar US$500 juta. Amerika Serikat masih menempati peringkat teratas dengan total investasi teknologi hijau mencapai US$3,7 miliar.

Mitra pendiri di Capital Partners, lembaga ekuitas yang berfokus pada iklim, Raj Pai mengatakan tingginya investasi teknologi hijau di India tidak terlepas dari upaya India untuk mengembangkan kapasitas energi bersihnya, serta mengurangi ketergantungan terhadap China.

“Ketertarikan terhadap sektor iklim, baik dari modal publik maupun swasta, sangat tinggi," ujarnya.

Serangkaian kebijakan dari pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi telah memperkuat sektor energi terbarukan India. Badan Energi Internasional memperkirakan India akan menorehkan laju ekspansi energi terbarukan tercepat di antara negara ekonomi utama hingga akhir dekade ini.

Lebih dari selusin perusahaan energi terbarukan dan kendaraan listrik telah melantai di bursa saham India tahun ini, termasuk produsen panel surya Waaree Energies Ltd. dan produsen skuter Ola Electric Mobility Ltd. Saham perusahaan energi bersih NTPC Green Energy Ltd. tercatat telah melesat lebih dari 30% sejak mulai diperdagangkan bulan lalu.

“Iklim menjadi topik terhangat untuk modal ventura saat ini," ujar Abhinav Sinha, kepala teknologi dan telekomunikasi di British International Investment Plc, lembaga pembiayaan pembangunan pemerintah Inggris.

British International Investment Plc yang telah mengalokasikan investasi di India lebih besar dibandingkan negara lain berkomitmen menyalurkan setidaknya US$1 miliar untuk proyek terkait iklim di negara tersebut hingga 2026.

Sekitar seperempat dari semua investasi tahap awal oleh kelompok modal ventura di India saat ini diarahkan ke startup yang berfokus pada iklim, tambah Sinha.

Meski India menyaingi China dalam pendanaan teknologi hijau pada kuartal ketiga, negara tersebut masih tertinggal secara kumulatif dengan nilaiUS$3,6 miliar. Sementara itu, China telah menarik investasi hijau sebanyak US$5,6 miliar sepanjang sembilan bulan 2024. Untuk mempercepat target nol emisi karbon bersih India menjadi 2050 dari target saat ini tahun 2070, diperlukan investasi hingga US$12,4 triliun, menurut BloombergNEF.

“Nilai investasi yang masuk India saat ini ibarat genangan air, sementara kebutuhan dana adalah lautan modal,” ujar Dhanpal Jhaveri, CEO Eversource Capital, yang menutup dana dampak iklim terbesar India pada 2022 dan saat ini menginvestasikan lebih dari US$125 juta di layanan kebutuhan energi.

Dari sekitar 800 startup berfokus pada iklim di India, hanya seperempat yang berhasil menarik pendanaan dalam satu dekade terakhir, dengan total nilai investasi sekitar US$3,6 miliar. 

Jumlah tersebut bahkan jauh lebih rendah dari U$19 miliar yang diraih perusahaan fintech dalam periode yang sama, menurut laporan IIMA Ventures dan Mitsubishi UFJ Financial Group Inc. pada September. Startup hijau juga kerap kesulitan mendapatkan pendanaan tahap pertumbuhan, tambah laporan tersebut.

“Anda perlu terus menunjukkan kemajuan, bahwa Anda memiliki pelanggan besar, dan membangun sesuatu yang signifikan," ujar CEO Kazam Akshay Shekhar. Kazam adalah startup penyedia perangkat lunak dan perangkat keras pengisian daya EV yang berbasis di Bengaluru.

Pasar teknologi iklim diperkirakan berkembang pesat seiring dengan aksi perusahaan-perusahaan mengembangkan solusi untuk mengurangi polusi di India, penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia setelah China dan Amerika Serikat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper