Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengintip Posisi AS, China, Uni Eropa di Negosiasi COP29

Sejumlah kekuatan besar global seperti China, AS dan Uni Eropa memiliki posisi yang berbeda mengenai sejumlah isu krusial iklim di COP29.
Paviliun Indonesia dalam Konferensi Iklim COP29 di Baku, Azerbaijan/COP29
Paviliun Indonesia dalam Konferensi Iklim COP29 di Baku, Azerbaijan/COP29

Bisnis.com, JAKARTA — Lebih dari 500 delegasi dari 198 negara peratifikasi United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) berkumpul hari ini, Senin (11/11/2024) sampai 22 November 22 di Baku, Azerbaijan membahas berbagai isu iklim mendesak dalam Konferensi Perubahan Iklim ke-29 atau COP29.

Perhelatan COP29 diperkirakan akan diwarnai perdebatan panjang antarnegara dalam mencapai konsensus.

China dan Amerika Serikat (AS) sebagai dua kekuatan ekonomi sekaligus penghasil emisi karbon terbesar di dunia menjadi salah satu suara paling berpengaruh dalam konferensi ini. Meski Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping kemungkinan besar tidak hadir langsung, keduanya membawa kepentingan besar terkait isu krisis iklim dan transisi energi.

China

China saat ini merupakan negara penghasil energi berbasis bahan bakar fosil sekaligus sumber terbarukan terbesar di dunia. Mengutip Reuters, kontribusi China terhadap emisi karbon global mencapai 30% per tahun. Meski demikian, level emisi Negeri Panda diestimasi telah melalui level puncak dan dalam tren penurunan, seiring dengan ekspansi pembangkit listrik energi terbarukan yang gencar dilakukan.

Terlepas dari statusnya sebagai ekonomi terbesar setelah AS, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menempatkan China dalam status negara berkembang dalam konteks negosiasi iklim. Hal ini membuat realisasi komitmen iklim dan transisi energi China tidak secepat negara-negara industri maju lainnya, termasuk dalam aspek penyediaan dana iklim untuk negara berkembang.

Amerika Serikat

Keikutsertaan AS dalam COP29 diwarnai kembalinya Donald Trump dalam tampuk kepemimpinan setelah berhasil mengalahkan Kamala Harris dalam Pilpres 5 November 2024. Banyak analis yang menilai pemerintahan Trump akan memperlihatkan komitmen lingkungan yang minim sebagaimana ia tunjukkan pada periode kepresidenan 2017-2021.

COP29 menjadi konferensi iklim terakhir administrasi wakil Partai Demokrat Joe Biden. Delegasi AS sendiri akan dipimpin oleh penasehat senior Gedung Putih John Podesta. 

Sebagaimana diketahui, AS sempat keluar dari Perjanjian Paris di bawah kepemimpinan Trump. Dalam kampanyenya, sosok yang kembali terpilih itu berjanji akan kembali menarik diri dari Perjanjian Paris. Dia juga melabeli upaya peningkatan energi hijau sebagai “tipu daya”. 

Uni Eropa

Blok 27 negara-negara Eropa ini belum secara resmi menyampaikan posisi mereka di isu-isu paling krusial. UE juga belum menyampaikan target pendanaan iklim terbaru mereka, termasuk persentase berapa kontribusi anggaran nasional dalam komitmen ini. Meski demikian, UE telah mendesak agar China dan negara-negara berkembang lainnya ikut berkontribusi dalam pendanaan iklim global.

Di bandingkan negara-negara maju lainnya, UE merupakan kontributor pendanaan iklim terbesar. Pada 2023, mereka tercatat berkontribusi sebesar 28,6 miliar euro atau sekitar US$30,8 miliar dalam pendanaan iklim yang bersumber dari dana publik.

Inggris

Inggris di bawah pemerintahan Partai Buruh sejak Juli 2024 berencana untuk menekankan komitmen iklimnya pada COP29. Mereka akan menyerahkan target pengurangan emisi 2035 di Baku.

Negara-Negara Ekonomi Berkembang

Negara-negara dengan ekonomi yang berkembang pesat dengan populasi besar seperti Brasil, Afrika Selatan, India, Indonesia dan China memiliki kepentingan yang kurang lebih sama dalam negosiasi iklim global. Meski masuk dalam deretan negara-negara dengan emisi karbon tinggi, jejak polusi negara-negara ini secara historis lebih rendah daripada negara-negara kaya. Oleh karena itu, negara ekonomi berkembang cenderung mengedepankan pendekatan common but differentiated responsibilities atau tanggung jawab dan kontribusi pendanaan iklim yang disesuaikan dengan tingkat emisi historis yang dihasilkan.

Kelompok Negosiasi Afrika

Negara-negara Afrika membawa desakan mengenai pendanaan iklim yang lebih besar pada COP29 dan pemberlakuan Pasal 6 Perjanjian Paris mengenai aturan perdagangan karbon pada awal 2025. Selain itu, negara-negara rentan terdampak krisis iklim di benua ini juga mengkhawatirkan penghentian penggunaan dana kerugian dan kerusakan (loss and damage).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper