Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jerman akan Kurangi Ketergantungan Bahan Baku Pembangkit Angin dari China

Jerman akan mendiversifikasi pasokan bahan baku vital turbin angin untuk mengurangi ketergantungan pada China
Pembangik bertenaga angin di Nauen, Jerman pada April 2024./Reuters-Liesa Johannssen
Pembangik bertenaga angin di Nauen, Jerman pada April 2024./Reuters-Liesa Johannssen
Ringkasan Berita
  • Jerman berencana mendiversifikasi pasokan komponen turbin angin lepas pantai untuk mengurangi ketergantungan pada China, dengan target 30% pasokan alternatif pada 2030 dan 50% pada 2035.
  • Langkah ini merupakan bagian dari strategi pengurangan risiko akibat ketegangan geopolitik dan pengalaman krisis energi dari perang Rusia-Ukraina.
  • Jerman akan bekerja sama dengan industri Eropa dan negara-negara seperti Australia dan Jepang untuk memastikan pasokan magnet permanen dan tanah jarang dari sumber alternatif.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian ekonomi Jerman merilis rencana untuk mendiversifikasi pasokan komponen penting yang digunakan dalam instalasi turbin angin lepas pantai (offshore) pada 2035. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor dari China.

Keputusan Jerman merupakan bagian dari strategi pengurangan risiko lebih luas yang diterapkan di tengah tensi geopolitik dengan China. Belajar dari pengalaman krisis energi yang dialami akibat pecahnya perang antara Rusia dan Ukraina, Jerman ingin mengurangi ketergantungan komoditas vital pada satu negara pemasok.

Instalasi pembangkit tenaga angin, terutama yang berlokasi di lepas pantai, membutuhkan magnet permanen kuat yang mengandung tanah jarang (rare earths) untuk mengoptimalisasi produk listrik dan mengurangi perawatan. Namun, kementerian ekonomi mengemukakan langkanya komponen ini menghadirkan risiko pasokan.

“Magnet permanen hampir seluruhnya berasal dari China, begitu pula tanah jarang yang dihasilkan,” tulis kementerian dalam rilis, dikutip dari Reuters, Rabu (6/8/2025). Beberapa negara yang dipertimbangkan sebagai pemasok alternatif mencakup Australia dan Jepang.

“Kami ingin secara sistematis mengurangi ketergantungan yang berisiko, terutama pada tanah jarang, dengan menerima pasokan dari negara ketiga,” demikian bunyi pernyataan tersebut.

Jerman menargetkan peningkatan kapasitas turbin angin lepas pantainya sebanyak empat kali menjadi 30 gigawatt (GW) pada 2030. Sektor tersebut kini memasok 5% kebutuhan listrik nasional dan diharapkan mendukung penurunan emisi karbon dari sektor kelistrikan.

Sementara itu, China merupakan pemasok 90% magnet permanen yang dipakai tak hanya untuk turbin angin, tetapi juga pada mobil listrik, mesin bangunan dan industri militer.

Dalam rencana penurunan dependensi terhadap China, pemerintah Jerman bakal bekerja sama dengan industri turbin angin lainnya di Eropa. Rencana ini memuat peta jalan yang memungkinkan pengadaan 30% magnet permanen berasal sumber alternatif pada 2030 dan 50% pada 2035.

Untuk mencapai target ini, rencana Jerman akan didukung dengan jaminan investasi yang terkait dengan kesepakatan pengiriman jangka panjang dan kemitraan baru dengan negara-negara seperti Australia dan Jepang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro