Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah gelombang penarikan dana dari investasi berkelanjutan secara global, Dana Pensiun Pemerintah Jepang atau Government Pension Investment Fund (GPIF) senilai US$1,7 triliun justru memperkuat portofolio environmental, social and governance (ESG).
Hingga akhir Maret, GPIF tercatat memegang aset senilai 18,2 triliun yen atau sekitar US$126 miliar yang berada di indeks berbasis ESG. Aset ini setara dengan 14,7% dari total investasi saham GPIF.
Angka tersebut naik dari 17,8 triliun yen pada periode yang sama tahun sebelumnya, menurut dokumen yang dipublikasikan perusahaan pada Jumat (4/7/2025), dikutip dari Bloomberg. Meski demikian, dana kelolaan tersebut membukukan kerugian kuartalan akibat pelemahan yen dan depresiasi aset domestik.
Berbeda dengan GPIF, sebagian besar investor global mulai meninggalkan instrumen ESG. Tren ini didorong oleh imbal hasil yang mengecewakan, kejenuhan terhadap regulasi, serta tekanan politik, terutama dari pemerintahan Presiden Donald Trump di Amerika Serikat.
Di tengah tren ini, GPIF dan Dana Kekayaan Negara Norwegia senilai US$1,9 triliun justru mengambil langkah yang berseberangan. Kedua investor kakap ini tetap konsisten mendukung instrumen terkait keberlanjutan.
Optimisme terhadap prospek ESG di Jepang masih tinggi untuk sisa tahun ini, didukung oleh rencana GPIF untuk terus menambah portofolio hijaunya dan reformasi tata kelola perusahaan yang tengah didorong oleh Bursa Efek Tokyo, menurut analisis Bloomberg Intelligence.
Baca Juga
Secara global, pasar dana berkelanjutan mencatatkan mengalami kuartal terburuk sepanjang sejarah. Berdasarkan laporan Morningstar Inc., total dana yang ditarik dari instrumen ‘hijau’ mencapai rekor tertinggi sebesar US$8,6 miliar pada kuartal pertama 2025. Ini merupakan pembalikan tajam dari arus masuk sebesar US$18,1 miliar yang terjadi pada kuartal terakhir 2024.
Bahkan di Eropa, pasar terbesar dunia untuk investasi berbasis ESG, dana berkelanjutan mencatat arus keluar bersih sebesar US$1,2 miliar. Ini adalah kali pertama dana ESG Eropa mengalami penarikan dana sejak Morningstar mulai melakukan pemantauan pasar tersebut pada 2018.
Morningstar mencatat bahwa keseluruhan pasar dana ESG kini berada dalam tekanan hebat akibat situasi geopolitik yang makin rumit, menyusul kembalinya Presiden Trump ke Gedung Putih.
“Kuartal ini menandai pergeseran, bukan hanya dalam arus dana, tetapi juga dalam cara strategi investasi berkelanjutan dipersepsikan dan diposisikan di pasar,” kata Hortense Bioy, Kepala Riset Investasi Berkelanjutan di Morningstar Sustainalytics, dalam pernyataan tertulis yang menyertai laporan tersebut pada April 2025.