Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Target Energi Terbarukan Australia untuk 2030 Berisiko Tak Tercapai

Target energi terbarukan Australia sebesar 82% pada 2030 berisiko tak tercapai karena sejumlah kendala
Asap hasil pembakaran pembangkit batu bara yang menyumbang hampir separuh pasokan energi di Asia Pasifik. /Bloomberg-Taylor Weidman
Asap hasil pembakaran pembangkit batu bara yang menyumbang hampir separuh pasokan energi di Asia Pasifik. /Bloomberg-Taylor Weidman

Bisnis.com, JAKARTA — Target Australia untuk mencapai bauran energi terbarukan sebesar 82% pada 2030 berisiko gagal tercapai akibat sejumlah kendala, seperti keterlambatan koneksi jaringan dan investasi yang tidak memadai, menurut analisis Wood Mackenzie.

“Analisis kami menunjukkan bahwa Australia saat ini berada di jalur untuk mencapai hanya 58% pembangkit listrik terbarukan pada 2030," kata Analis Senior Wood Mackenzie Natalie Thompson, dikutip dari Reuters, Kamis (15/5/2025).

Keterlambatan target ini penting karena Australia merupakan salah satu negara yang mengandalkan batu bara sebagai sumber pembangkit listriknya. Hal ini membuat Negeri Kanguru berada di jajaran negara dengan tingkat polusi per kapita tertinggi. Selain itu, Australia sendiri berencana menutup semua pembangkit batu bara pada 2038.

Pemerintahan Partai Buruh berhaluan tengah-kiri yang kembali terpilih pada awal bulan ini menyatakan akan melakukan transisi menuju jaringan listrik terbarukan dengan memanfaatkan tenaga angin dan surya, didukung oleh gas, tenaga air, dan penyimpanan energi.

Wood Mackenzie menyebutkan kegagalan Australia dalam mencapai target energi terbarukan akan menghambat upaya negara tersebut dalam menangani perubahan iklim secara lebih luas dan dapat menyebabkan kekurangan energi.

Analisis Wood Mackenzie juga menunjukkan bahwa Australia diperkirakan akan mencapai bauran energi terbarukan sebesar 58% pada akhir dekade ini.

Pada periode yang sama, kapasitas penyimpanan energi skala jaringan akan meningkat dari 2,5 gigawatt (GW) menjadi lebih dari 16 GW. Sekitar 65 GW proyek berada pada berbagai tahap pengembangan, tetapi menghadapi hambatan dalam koneksi jaringan dan perencanaan proyek.

Kapasitas tenaga surya untuk penggunaan perumahan, komersial, dan industri diperkirakan akan meningkat dari 29 GW menjadi 46 GW. Hal ini dapat menghadirkan tantangan dalam pengelolaan puncak pasokan tenaga surya pada siang hari, kata Wood Mackenzie.

Analisis tersebut lebih lanjut menyoroti makin rumitnya tantangan akibat kebijakan beberapa pemerintah bagian, seperti Queensland dan Northern Territory yang berencana mencabut atau mengurangi target energi terbarukan mereka.

"Hal ini menandakan perlunya peningkatan investasi dan koordinasi yang lebih besar di semua tingkat pemerintahan untuk mempercepat transisi energi,” tulis analisis Mackenzie.

Wood Mackenzie mengatakan bahwa pemerintah Australia perlu mengatasi hambatan dalam koneksi jaringan dan proses perencanaan, memastikan transisi yang mulus, dan memenuhi kerangka waktu penutupan pembangkit batu bara yang telah direncanakan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper