Bisnis.com, JAKARTA — Investor veteran Warren Buffett memutuskan pensiun dan berhenti dari jabatannya sebagai CEO Berkshire Hathaway Inc., raksasa investasi yang dikendalikannya.
Berdasarkan catatan Bloomberg, perusahaan yang berbasis di Omaha tersebut memiliki rekam jejak investasi yang kuat di sektor energi bersih. Tecermin dari kepemilikan aset pembangkit tenaga angin dan surya yang tersebar di Amerika Serikat.
Buffett bahkan pernah menulis soal risiko dan ancaman besar perubahan iklim terhadap masa depan planet. Meski demikian, Berkshire juga merupakan salah satu investor kakap di sektor minyak, gas dan batu bara.
“Buffett terkenal oportunis. Kemampuannya melihat peluang membuatnya menjadi salah satu investor paling legendaris. Sebagian peluang itu didorong oleh situasi iklim,” kata peneliti BloombergNEF Ethan Zindler.
Salah satu entitas Berkshire, MidAmerican Energy Co. tercatat telah membangun portofolio jumbo di energi bertenaga angin melalui pembangunan area turbin di Iowa. Pembangkit tenaga angin tersebut menyumbang lebih dari 60% utilisasi kapasitas tahun lalu.
Keinginan Buffett untuk memperkuat pengaruh di energi bersih tampaknya bersambut dengan visi penerusnya, Greg Abel. Namun, Abel cenderung tetap memberi ruang pada energi fosil, terlebih dengan pergantian kepemimpinan di AS yang kini dinahkodai Presiden Donald Trump.
Baca Juga
Pada pertemuan tahunan pemegang saham Berkshire akhir pekan lalu, Abel mengungkapkan adanya investasi sebesar US$16 miliar pada energi terbarukan di Iowa untuk menggantikan lima unit pembangkit batu bara.
Namun, dia menambahkan bahwa lima unit batu bara lainnya masih diperlukan untuk menjaga stabilitas sistem.
“Kita tidak bisa mengalami situasi seperti Spanyol dan Portugal,” kata Abel, merujuk pada pemadaman massal yang melanda Semenanjung Iberia akhir April.
Analis dari Edward Jones, Jim Shanahan, memperkirakan rencana Berkshire untuk memperbesar portofolio energi terbarukan bakal memerlukan waktu yang panjang. Hal ini setidaknya tecermin dari langkah perusahaan yang menjalin kesepakatan untuk akuisisi aset gas milik Dominion Energy Inc. pada pertengahan 2020.
“Kesepakatan dengan Dominion menunjukkan bahwa masa depan dengan energi bersih tidak akan datang secepat perkiraan,” katanya.
Fenomena serupa juga terjadi pada investasi berprinsip environmental, social and governance (ESG) yang mulai kehilangan daya tarik, sementara bahan bakar fosil kembali menguat. Perang di Ukraina menunjukkan pentingnya keamanan energi, sementara lonjakan permintaan listrik akibat perkembangan AI mendorong beberapa perusahaan listrik untuk memperpanjang usia pembangkit batu bara.
“Investasi ESG tampaknya bukan prioritas utama bagi mereka [Berkshire]. Bagaimanapun, mereka menganggap energi sebagai kebutuhan mendasar masyarakat,” ujar Matthew Palazola, analis Bloomberg Intelligence.
Terlepas dari sinyal untuk mengerem ambisi investasi di energi hijau, Berkshire tak luput dari dampak perubahan iklim. Laporan 2024 yang dirilis Februari 2025 mengungkap bahwa bisnis asuransi perusahaan berpotensi membukukan rugi sekitar US$1,3 miliar akibat kebakaran California, salah satu fenomena destruktif yang dipicu pemanasan global.
Perubahan iklim memang menjadi risiko yang makin besar bagi perusahaan asuransi, tak terkecuali bagi penerus Buffett. Sebagai CEO baru, Abel akan bertanggung jawab penuh atas semua aspek perusahaan, termasuk menangani risiko iklim yang makin meningkat.
Dalam surat tahunan kepada pemegang saham pada Februari lalu, Buffett mencatat bahwa harga asuransi properti dan kecelakaan meningkat selama 2024. Dia menyebutnya sebagai cerminan atas kerusakan yang makin besar akibat badai konvektif AS.
“Perubahan iklim mungkin telah benar-benar datang. Suatu hari, kerugian asuransi yang sangat besar pasti akan terjadi, dan tidak ada jaminan bahwa kondisi itu hanya akan terjadi sekali dalam setahun,” tulis Buffett.