Bisnis.com, JAKARTA — Krisis pemadaman listrik besar-besaran yang melanda Spanyol dan Portugal pada akhir April 2025 menjadi peringatan keras bagi Eropa untuk segera memperbarui infrastruktur kelistrikan kawasan tersebut yang menua.
Dengan meningkatnya produksi energi terbarukan dan permintaan listrik yang melonjak, Eropa diperkirakan membutuhkan investasi sebesar US$2,3 triliun hingga 2050 untuk mencegah risiko pemadaman serupa pada masa depan.
Komisi Eropa memperkirakan Eropa membutuhkan investasi sebesar US$2–2,3 triliun untuk jaringan listrik hingga 2050. Adapun pada tahun lalu, perusahaan-perusahaan Eropa menginvestasikan sekitar 80 euro miliar untuk jaringan listrik, naik dari 50–70 miliar euro di tahun-tahun sebelumnya. Namun, angka tersebut masih perlu ditingkatkan menjadi 100 miliar euro.
“Pemadaman ini menjadi peringatan keras. Ini menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk memodernisasi dan memperkuat jaringan listrik Eropa,” ujar Kristina Ruby dari asosiasi industri kelistrikan Eropa Eurelectric, dikutip dari Reuters, Selasa (6/5/2025).
Investasi tahunan dalam jaringan listrik Eropa saat ini stagnan di angka sekitar US$300 miliar, jauh di bawah kebutuhan yang diperkirakan mencapai US$600 miliar per tahun pada 2030 menurut data International Energy Agency (IEA). Kondisi ini makin mengkhawatirkan mengingat lebih dari 40% jaringan distribusi listrik di Eropa telah berusia lebih dari 40 tahun.
Pemadaman listrik massal yang melanda Spanyol dan Portugal pada 28 April 2025 telah memicu gangguan luas, termasuk ke sistem transportasi dan komunikasi. Penyelidikan awal oleh operator jaringan listrik Spanyol, Red Eléctrica (REE), mengindikasikan bahwa dua insiden terpisah di substation barat daya negara tersebut memicu pemadaman besar.
Baca Juga
Pemadaman sendiri terjadi di tengah makin besarnya porsi energi terbarukan di Spanyol, terutama setelah pecahnya konflik geopolitik Rusia dan Ukraina yang mengganggu pasokan minyak dan gas.
Porsi energi terbarukan dalam bauran listrik Uni Eropa tercatat naik menjadi 47% tahun lalu dari 34% pada 2019, sementara bahan porsi bakar fosil turun menjadi 29% dari 39%.
Spanyol berencana menghentikan operasional pembangkit listrik tenaga batu bara dan nuklir. Sementara itu, bauran energi terbarukan pada 2024 mencapai rekor tertinggi sebesar 56%.
Kendati demikian, pengembangan proyek listrik bertenaga angin dan surya relatif lebih cepat dibandingkan dengan jaringan listrik yang bisa memakan waktu hingga lebih dari satu dekade. Kondisi ini tidak terlepas dari besarnya dana dan kompleksitas dalam memperbaiki jaringan listrik yang menjangkau jarak yang jauh.