Bisnis.com, JAKARTA — Kapasitas energi angin global kembali mencetak rekor baru pada 2024 dengan penambahan sebesar 117 gigawatt (GW), menurut Global Wind Report 2025 yang dirilis oleh Global Wind Energy Council (GWEC), Rabu (23/4/2025). Angka ini meningkat 0,3% dari capaian tahun sebelumnya sebesar 116,6 GW.
Meski demikian, GWEC memperingatkan soal meningkatnya ketidakpastian kebijakan di sejumlah pasar utama.
Laporan tersebut menyoroti perlunya perbaikan dalam mekanisme perizinan, transmisi jaringan, serta sistem lelang agar sejalan dengan tren elektrifikasi global, target iklim dan energi nasional, serta kesepakatan dunia untuk melipatgandakan kapasitas energi terbarukan tiga kali lipat pada 2030.
“Sekali lagi, industri angin mencatat rekor instalasi baru, meskipun menghadapi tekanan makroekonomi dalam beberapa tahun terakhir. Namun, kami juga melihat ekosistem kebijakan yang makin tidak stabil, termasuk dari sisi serangan ideologis terhadap energi terbarukan dan penghentian proyek yang tengah dibangun, sehingga mengancam kepastian investasi,” kata CEO GWEC Ben Backwell dalam siaran pers, Rabu (23/4/2025).
Backwell juga menyoroti risiko dari meningkatnya perang tarif yang menambah ketidakpastian bagi investasi internasional. Kondisi tersebut dapat mengganggu rantai pasok global yang krusial bagi industri energi angin.
Laporan tersebut mencatat kapasitas total energi angin global kini mencapai 1.136 GW yang tersebar di seluruh benua. Dari total kapasitas tersebut, 109 GW berasal dari angin darat (onshore) dan 8 GW dari angin lepas pantai (offshore).
Baca Juga
China memimpin penambahan kapasitas sebesar 79,82 GW. Kemudian disusul oleh AS dengan kapasitas 4,05 GW, Jerman sebesar 4,02 GW, India sebesar 3,42 GW, dan Brasil sebesar 3,27 GW yang pada 2024 menyalip Spanyol dalam total instalasi kumulatif.
Pertumbuhan signifikan juga terlihat di kawasan Asia Pasifik (7% year-on-year/YoY) serta Afrika dan Timur Tengah (107% YoY) yang didorong oleh penambahan kapasitas sebesar 794 megawatt (MW) di Mesir dan 390 MW di Arab Saudi. Sebaliknya, Amerika Utara, Amerika Latin, dan Eropa mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya.
GWEC memperkirakan industri angin akan tumbuh rata-rata 8,8% per tahun hingga 2030, dengan tambahan kapasitas global mencapai 981 GW.
Adapun kapasitas baru pada 2025 diperkirakan mencapai 138 GW pada 2025 dan bertambah hingga 194 GW pada 2030. Angka ini didorong oleh rekor lelang energi angin, terutama untuk offshore, yang mencapai 56,3 GW tahun lalu, dengan Eropa dan China sebagai pemimpin.
Pasar-pasar baru seperti Korea Selatan (3,3 GW), Taiwan (2,7 GW), dan Jepang (1,4 GW) turut berkontribusi pada peningkatan kapasitas lepas pantai global. Sementara itu, pangsa offshore dalam instalasi baru diperkirakan naik dari 11,8% pada 2025 menjadi 17,5% pada akhir dekade ini.
Wakil CEO Suzlon Group dan Wakil Ketua GWEC, Girish Tanti, menegaskan pentingnya pencapaian target kenaikan energi terbarukan tiga kali lipat pada 2030.
“Angin adalah salah satu sumber energi termurah dan menyumbang 95% dari pertumbuhan kapasitas terbarukan dekade ini. Ia mampu memberikan daya stabil sekaligus menjaga keberlanjutan iklim,” ujarnya.
Laporan GWEC tahun ini turut menyoroti empat tantangan utama pengembangan energi angin yang mencakup tekanan ekonomi global, hambatan perdagangan, kerangka pengadaan dan lelang yang tidak memadai. Kondisi investasi yang sulit bagi rantai pasok energi angin juga turut digarisbawahi.