Bisnis.com, JAKARTA — Pascapandemi Covid-19, wellness living menjadi sebuah tren dimana tidak hanya merawat kesehatan pribadi tetapi juga menjalin keseimbangan yang harmonis dengan alam.
Pendiri dan CEO OXO Group Indonesia Johannes Weissenbaeck mengatakan saat ini masyarakat di seluruh dunia memprioritaskan gaya hidup yang sadar kesehatan, membutuhkan ruang yang mendukung kesejahteraan fisik, mental, dan emosional. Hal ini seiring semakin fokusnya pada usia, kesehatan mental, dan perawatan diri sehingga komplek hunian yang berpusat pada kesehatan menjadi kebutuhan.
Hal ini membuat pihaknya akan mengembangkan OXO The Pavilions pada Juni 2025, proyek hunian pertama yang mengangkat konsep wellness living di Nuanu, Bali.
Menurutnya, proyek visioner yang memiliki arsitektur berkelanjutan, kemewahan modern, dan kesejahteraan sempurna ini merupakan pengembangan hunian berkonsep wellness living dengan status hak milik pertama di Indonesia.
Pasalnya, Bali yang telah lama identik dengan kesehatan dan kebahagiaan, menarik wisatawan dan investor yang mencari keseimbangan, ketenangan, dan kehidupan holistik.
“Dengan lanskapnya yang subur, tradisi penyembuhan kuno, dan budaya kesehatan holistik yang berkembang pesat, Pulau Dewata adalah lokasi yang sempurna untuk konsep inovatif ini. Namun hingga saat ini, konsep hunian yang fokus pada kesehatan—terutama di segmen premium dengan status hak milik—belum tersentuh di Indonesia,” ujarnya, Selasa (15/4/2025).
Baca Juga
Menurutnya, hunian berkonsep wellness living pertama di Indonesia yang memperkenalkan babak baru dalam dunia lifestyle real estat. Melalui proyek perintis ini, OXO mendefinisikan ulang lanskap real estat dengan mengintegrasikan pengalaman hidup sehat kelas dunia ke dalam kehidupan sehari-hari.
“Visi kami adalah menciptakan sebuah tempat berlindung di mana para penghuninya dapat berkembang secara fisik, mental, dan emosional di tengah keindahan alam Bali,” ucapnya.
Proyek baru ini berakar kuat pada wellness architecture dan pendekatan holistik terhadap kehidupan itu sendiri. Terinspirasi oleh cara hidup tradisional di Bali, pihaknya juga mempelajari apa yang disebut zona biru di mana orang hidup lebih lama dan lebih bahagia menyeimbangkan kesendirian dan hubungan diri dengan interaksi sosial yang bermakna.
“Dengan mengingat hal ini, kami membawa misi untuk menciptakan ruang yang menginspirasi, menyembuhkan, dan meningkatkan pengalaman kesehatan ke tingkat baru yang menetapkan standar baru untuk kehidupan neo-luxury di Bali,” tuturnya.
Berlokasi strategis di Nyanyi, dekat dengan Nuanu Creative City seluas 44 hektare, penghuni The Pavilions bakal memiliki akses yang mudah menuju pusat inovasi, budaya, dan kesehatan yang tumbuh pesat, dengan akses langsung ke komunitas Nuanu dan berbagai fasilitas canggih. Lokasi ini befokus pada kesehatan dan berkelanjutan.
Johannes menuturkan minat investor dan pariwisata di Bali bergeser ke arah barat, yakni ke daerah-daerah seperti Seseh, Nuanu, Cemagi, Kedungu, Tabanan, dan bahkan Tanah Lot dimana mencari lingkungan yang lebih tenang dan terhubung dengan alam.
Mengacu pada kesuksesan proyek sebelumnya, hunian ini merupakan wujud dedikasi OXO yang secara berkelanjutan merintis lifestyle real estat di Indonesia. Dengan visi untuk menciptakan gaya hidup yang menginspirasi dan bermanfaat, sejak awal tahun 2015 produk properti memiliki standar yang tidak kenal kompromi, desain yang cerdas, layanan premium, dan mengutamakan prinsip keberlanjutan.
Dengan portofolio lebih dari 100 unit properti di seluruh Bali dan total pengembangan senilai Rp1 triliun, OXO Group Indonesia terus menetapkan tolok ukur dalam real estat mewah berdesain maju yang berkelanjutan.
Berkolaborasi dengan arsitek Austria yang telah diakui secara internasional Chris Precht, pendiri Studio Precht, yang dikenal dengan pendekatan arsitekturnya yang berkelanjutan dan organik, The Pavilions akan memiliki 24 vila unik yang dirancang dengan cermat mulai dari 170 hingga 420 meter persegi.
Keputusan OXO untuk bermitra dengan Studio Precht memperlihatkan ambisinya untuk membawa bakat terkemuka dunia ke Indonesia, sambil tetap berakar kuat pada DNA alam dan budaya pulau tersebut. Kolaborasi ini mewujudkan pola pikir global nan progresif, yang memadukan kepresisian khas Eropa dengan jiwa Asia Tenggara.
Pendiri Studio Precht Chris Precht menuturkan proyek ini mewujudkan integrasi yang harmonis antara alam dan desain. Visi inovatif Precht memastikan bahwa setiap hunian tidak hanya memenuhi standar internasional tetapi juga selaras dengan warisan budaya dan alam Bali yang kaya.
“Arsitektur harus mengekspresikan tempat dan waktunya. Di Bali, berarti kami harus merancang dengan memperhatikan sinar matahari, curah hujan, ritual, dan alam sekitar. Saatnya menciptakan bangunan yang fleksibel dan adaptif yang mencerminkan cara hidup manusia yang sebenarnya,” kata Chris.