Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BMKG Pastikan Gempa Myanmar Tak Berdampak ke Indonesia

Bila terjadi gempa di suatu kawasan dalam waktu berdekatan, maka tidak saling berkaitan dan hanya faktor kebetulan.
Petugas penyelamat bekerja di lokasi bangunan yang runtuh setelah gempa bumi dahsyat melanda Myanmar bagian tengah pada hari Jumat (28/3/2025)-REUTERS/Athit Perawongmetha
Petugas penyelamat bekerja di lokasi bangunan yang runtuh setelah gempa bumi dahsyat melanda Myanmar bagian tengah pada hari Jumat (28/3/2025)-REUTERS/Athit Perawongmetha

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan gempa berkekuatan magnitudo (M) 7,7 mengguncang Myanmar pada Jumat (28/3/2025) tidak mempengaruhi kegempaan di Indonesia. 

Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan sumber gempa Myanmar disebut berbeda dengan Indonesia.

Jalur Sesar Sagaing yang menjadi pemicu gempa Myanmar tidak menerus masuk ke wilayah Indonesia. Selain itu,  jaraknya cukup jauh dari wilayah Indonesia dimana ujung selatan jalur Sesar Sagaing hingga Pulau Sabang jaraknya sekitar 1.256 kilometer.

"Sumber gempanya berbeda. Jalur sesar Sagaing yang menjadi pemicu Gempa Myanmar tidak menerus masuk ke wilayah Indonesia. Jaraknya jauh dari wilayah Indonesia, masing-masing segmen sumber gempa memiliki besaran laju geser sendiri," ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (30/3/3035).

Kemudian, masing-masing sumber gempa akan mengalami rilis energi sendiri-sendiri dimana bukan saling picu. Adapun setiap segmen sumber gempa memiliki besaran laju geser (slip rate) sendiri-sendiri. Hal itu dapat mengalami akumulasi tegangan sendiri-sendiri pada masing-masing segmen.

"Masing-masing segmen sumber gempa akan mengalami rilis energi sendiri-sendiri, bukan saling picu. Setiap segmen sumber gempa memiliki besaran laju geser (slip-rate) sendiri-sendiri dan tentunya dapat mengalami akumulasi tegangan sendiri-sendiri pada masing-masing segmen. Jika akumulasi medan tegangan melampaui batas elastisitas batuannya, maka akan terjadi pergeseran secara tiba-tiba yang dimanifestasikan sebagai gempa," katanya.

Daryono menjelaskan tidak ada teori gempa saling picu. Bila terjadi gempa di suatu kawasan dalam waktu berdekatan, maka tidak saling berkaitan dan hanya faktor kebetulan.

"Tidak ada konsep/teori saling picu dan tidak ada rambatan gempa. Beberapa aktivitas gempa yang terjadi di suatu kawasan dalam waktu dan jarak yang berdekatan, sebenarnya tidak memiliki keterkaitan satu dengan lainnya, apalagi di wilayah memiliki banyak sumber gempa, sehingga beberapa jalur sesar dapat rilis gempa sendiri-sendiri. Jika terjadi gempa yang berdekatan jarak dan waktunya itu faktor kebetulan saja, tidak ada hubungannya," ucapnya. 

Secara empirik, masih sulit dijelaskan adanya keterhubungan antar gempa. Hingga saat ini, lebih mudah mengkaji aktivitas gempa dalam aspek spasial dan temporal daripada mengkaji perubahan dan perpindahan tegangan (stress) di kulit Bumi.

"Inilah mengapa sangat sulit menerangkan secara empirik dugaan sebagian orang bahwa antar gempa dapat saling berhubungan, merambat dan dapat menjalar kesana kemari," tuturnya. 

Daryono menambahkan saat gempa utama kemungkinan yang bisa terjadi selanjutnya yakni gempa susulan. Gempa susulan terjadi akibat adanya gempa yang bersifat statis.

"Yang baru bisa dijelaskan adalah kaitan antara gempa utama dan gempa susulannya. Teori pemicuan antar gempa bersifat statis. Pemicuan yang bersifat statis dapat terjadi pada gempa-gempa yang sangat dekat jaraknya, sebagai contoh adalah munculnya gempa-gempa baru (aftershocks) yang terjadi di sekitar gempa utama (mainshock) yang diduga kuat akibat pemicuan gempa yang bersifat statis (static stress transfer) dari gempa yang terjadi sebelumnya. Transfer tegangan statis ini berkurang secara cepat terhadap jarak dan disebabkan oleh perpindahan patahan yang permanen," ujarnya.

Dia menyebut teori pemicu antar gempa bersifat dinamis sehingga sulit dijelaskan gempa yang terjadi akibat dipicu gempa jauh.

Pasalnya, teori pemicuan antar gempa bersifat dinamis. Pemicuan yang bersifat dinamis dapat berkaitan dengan gempa-gempa dekat dan jauh.

"Transfer tegangan dinamis ini nilainya lebih kecil, berkurang dengan melambat terhadap jarak dan merupakan tegangan yang dibawa oleh gelombang seismik melalui batuan. Konsep pemicuan dinamik ini lebih sering dikaitkan dengan potensi gempa yang dipicu dari jarak jauh, namun banyak persyaratan yang harus terpenuhi sehingga konsep ini sangat kompleks dan rumit," ucapnya.

Oleh karena itu, gempa yang terjadi di Myanmar tidak mudah mempengaruhi Indonesia karena memiliki sistem sumber gempa sesar aktif dan zona subduksi sendiri.

Berdasarkan beberapa hal tersebut. aktivitas tektonik di zona sesar Sagaing tidak dengan mudah secara langsung mempengaruhi wilayah Indonesia. Indonesia memiliki sistem sumber gempa sesar aktif dan zona subduksi sendiri yang menjadi sumber utama aktivitas seismik di wilayahnya.

"Meskipun antar segmen sesar berdekatan tetapi kalau salah satu sesarnya belum matang akumulasi energinya, maka tidak akan bisa terjadi saling picu gempa," tuturnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper