Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jakarta dan Hangzhou Peringkat Teratas Kota dengan Perubahan Cuaca Ekstrem

Studi WaterAid mengungkap bahwa Jakarta dan Hangzhou mengalami pergantian yang ekstrem antara banjir berkepanjangan dan cuaca kering
Warga terdampak banjir di kawasan Rawajati, Jakarta, Selasa (4/3/2025). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Warga terdampak banjir di kawasan Rawajati, Jakarta, Selasa (4/3/2025). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Jakarta dan Hangzhou di pesisir timur China menempati peringkat teratas sebagai kota-kota yang mengalami fenomena climate whiplash, sebuah kondisi ketika pergantian cuaca terjadi secara ekstrem dan signifikan di suatu wilayah. Kawasan dengan climate whiplash mengalami pergantian yang cepat antara periode banjir berkepanjangan dan kekeringan berdasarkan studi yang dirilis WaterAid.

WaterAid menyebutkan bahwa fenomena ini tak hanya terjadi di Huangzhou dan Jakarta. Kondisi serupa turut terjadi di kota-kota terpadat di dunia lainnya imbas dari gangguan siklus air karena kenaikan suhu bumi.

Kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara tercatat menghadapi tren peningkatan curah hujan yang paling tinggi. Sementara Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Utara menjadi makin kering, menurut para peneliti dalam studi yang menganalisis 42 tahun data cuaca dari lebih dari 100 kota terpadat di dunia itu.

"Akan ada pihak yang diuntungkan dan dirugikan akibat perubahan iklim. Hal ini sudah terjadi sekarang," kata Michael Singer dari Water Research Institute di Cardiff University, salah satu penulis studi tersebut dikutip dari Reuters, Rabu (12/3/2025).

Sebanyak 15% dari kota-kota yang disurvei menghadapi risiko ekstrem banjir dan kekeringan secara bersamaan. Di antara kota-kota tersebut adalah Dallas di Texas, pusat komersial Shanghai di China, dan ibu kota Irak, Baghdad.

"Anda tidak bisa mengasumsikan bahwa setiap tempat akan merespons pemanasan atmosfer dengan cara yang sama. Alam tidak peduli siapa Anda, apakah Anda kaya atau miskin, atau memiliki infrastruktur yang baik atau tidak,” tambah Singer.

Hangzhou mencatat rekor dengan lebih dari 60 hari suhu ekstrem yang tinggi pada 2024. Kota tersebut juga dilanda banjir parah yang memaksa puluhan ribu orang mengungsi.

Seperlima dari kota-kota yang disurvei mengalami pembalikan ekstrem iklim. Ibu kota Sri Lanka, Kolombo, dan pusat keuangan India, Mumbai, mengalami perubahan menjadi jauh lebih basah, sementara ibu kota Mesir, Kairo, dan Hong Kong menjadi makin kering.

Banyak kota yang telah membangun infrastruktur untuk memaksimalkan pasokan air yang terbatas atau mengurangi kerusakan akibat banjir kini menghadapi kondisi yang sepenuhnya berbeda. Singer mengatakan bahwa kota-kota ini membutuhkan investasi untuk beradaptasi.

Beberapa kota yang mengalami perubahan cuaca yang lebih menguntungkan termasuk ibu kota Jepang, Tokyo, London, dan Guangzhou di China bagian selatan. Kota-kota ini memiliki lebih sedikit bulan basah dan kering secara signifikan selama periode 2002 hingga 2023 dibandingkan dengan dua dekade sebelumnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper