Bisnis.com, JAKARTA — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta seluruh pemerintah daerah (pemda) meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana banjir sekaligus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) karena anomali cuaca yang dipengaruhi dinamika atmosfer.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menjelaskan hasil pemantauan meteorologi memperlihatkan bahwa kemarau melanda sebagian wilayah Indonesia, tetapi beberapa wilayah lainnya justru mengalami hujan lebat secara tiba-tiba.
"Faktor anomali suhu muka laut sekarang berada di atas normal, jadi potensi hujan ekstrem bisa muncul di luar pola musiman. Ini harus diantisipasi,” kata dia, Selasa (5/8/2025), dikutip dari Antara.
Beberapa wilayah yang memperoleh perhatian khusus BNPB dalam pemetaannya mencakup Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan, dan sebagian Jawa Timur. Wilayah-wilayah ini mengalami hujan deras disertai angin kencang dalam seminggu terakhir.
Selain itu, wilayah pegunungan seperti di Papua dan Kalimantan juga mengalami peningkatan curah hujan akibat pengaruh gangguan cuaca lokal dan regional.
BNPB mengingatkan bahwa bencana seperti banjir bandang, longsor, dan angin puting beliung, dapat terjadi secara mendadak apabila tidak ada mitigasi yang disiapkan.
Baca Juga
“Kami sudah berkoordinasi dengan BPBD provinsi dan kabupaten untuk meningkatkan pemantauan, early warning system, dan kesiapan logistik,” ujarnya, seraya meminta masyarakat untuk segera melaporkan potensi bahaya cuaca ekstrem ke pihak berwenang dan mengikuti arahan evakuasi bila diperlukan.
Abdul juga memaparkan bahwa setidaknya ada sembilan provinsi yang mendapatkan penanganan khusus terkait karhutla pada tahun ini. Sebanyak enam provinsi masuk dalam daftar prioritas karena memiliki lahan gambut yang rawan terbakar, yakni Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Kemudian terdapat tiga provinsi lainnya adalah Provinsi Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat.
Merujuk data Kementerian Kehutanan, total lahan terbakar mencakup area seluas sekitar 8.955 hektare dalam kurun Januari sampai 1 Agustus 2025. Sebanyak 80,15% dari area terbakar merupakan lahan gambut.
Provinsi Kalimantan Barat menjadi wilayah dengan kejadian terbanyak dengan lahan terbakar seluas 1.149 hektare yang diikuti Provinsi Riau dengan kejadian sekitar 751 hektare lahan terbakar. Sumatra Utara menyusul dengan lahan terbakar seluas 309 hektare, Sumatra Barat seluas 511 hektare, Kalimantan Tengah 146 hektare, Jambi dan Sumatra Selatan seluas 43 hektare.
"Skemanya sama dilakukan operasi modifikasi cuaca jika diperlukan untuk meningkatkan potensi hujan, penyiraman udara juga disiagakan tim satuan tugas penyiraman darat," kata Abdul.