Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Danantara Bisa Kelola Pungutan Sawit dan Batu Bara untuk Membiayai Proyek EBT

Danantara berpeluang menjadi pengelola pungutan industri ekstraktif khususnya batu bara dan nikel, serta kelapa sawit.
(Dari kiri ke kanan) Chief Operating Officer (COO) Bidang Operasional Danantara Dony Oskaria, Chief Executive Officer (CEO) Danantara Rosan Perkasa Roeslani, dan COO bidang Investasi Pandu Patria Sjahrir usai menyaksikan peluncurkan Daya Anagata Nusantara (Danantara) di Halaman Tengah Istana Merdeka, Senin (24/2/2025). Foto: Akbar Evandio
(Dari kiri ke kanan) Chief Operating Officer (COO) Bidang Operasional Danantara Dony Oskaria, Chief Executive Officer (CEO) Danantara Rosan Perkasa Roeslani, dan COO bidang Investasi Pandu Patria Sjahrir usai menyaksikan peluncurkan Daya Anagata Nusantara (Danantara) di Halaman Tengah Istana Merdeka, Senin (24/2/2025). Foto: Akbar Evandio

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) digadang-gadang bisa menjadi solusi atas kekurangan pendanaan yang cukup besar untuk pengembangan energi terbarukan dan transisi energi. 

Danantara berpeluang menjadi pengelola pungutan industri ekstraktif khususnya batu bara dan nikel, serta kelapa sawit. 

Pungutan ketiga komoditas ini bisa memberikan tambahan dana yang besar untuk kebutuhan transisi energi dari energi fosil ke energi bersih dan terbarukan, yang targetnya mencapai 25% dari bauran energi pada tahun ini. 

Dana ini berasal dari nilai maksimal pungutan produksi batu bara sebesar Rp353 triliun, tarif ekspor nikel sebesar Rp107 triliun, dan tarif ekspor crude palm oil (CPO) sebesar Rp92 triliun per tahun.

Direktur Eksekutif Yayasan Kesejahteraan Berkelanjutan Indonesia (Sustain) Tata Mustasya mengatakan pungutan produksi batu bara juga diperlukan untuk distribusi ekonomi dan memasukkan eksternalitas negatif ke dalam harga.

“Industri batu bara masih memberikan keuntungan di atas rata-rata (super normal profit) terlepas dari kondisi pasar yang naik turun. Industri batu bara bisa memberikan tambahan dana kepada negara hingga Rp353,7 triliun per tahun,” ujarnya, dalam keterangan tertulis, Rabu (5/3/2025).

Saat ini, Indonesia menghadapi tantangan pendanaan yang cukup besar untuk pengembangan energi terbarukan. Di sisi lain, penanaman modal di sektor ini terbilang stagnan dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan perhitungan IEEFA, Indonesia butuh US$146 miliar atau Rp2.384 triliun untuk mencapai target iklim 2030. 

Tata menambahkan penggunaan dana dari Danantara menjadi solusi terbaik untuk mengejar target pengembangan energi bersih dan terbarukan. “Harusnya itu [EBT] yang mendapat prioritas khusus, jangan justru mengalokasikan pendanaan bagi proyek bahan bakar fosil, yaitu gasifikasi batu bara menjadi DME,” tambahnya. 

Sementara itu, Chief Investment Officer Danantara Pandu Sjahrir tidak berkomentar mengenai hal ini, saat dihubungi Bisnis. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper