Bisnis.com, DENPASAR – Dukungan Presiden Prabowo Subianto kepada industri sawit nasional menjadi momentum untuk mendorong keberlanjutan bisnis sektor usaha yang menyerap 17 juta lapangan kerja ini.
Chairman dan CEO PT Sinar Mas Agribusiness and Food, Franky Oesman Widjaja mengatakan industri sawit nasional sudah menyumbang lebih dari US$47 miliar terhadap PDB pada 2024 dan telah terbukti mendorong geliat ekonomi.
“Untuk memenuhi permintaan minyak kelapa sawit global yang terus meningkat, kita harus memastikan bahwa produksinya tetap efisien, berkelanjutan dan inklusif,” katanya di sela pembukaan International Conference of Oil Palm and Environment (ICOPE) 2025, di Bali Beach Convention Center, Rabu (12/2/2025).
Menurutnya, industri sawit bisa mendukung visi Presiden Prabowo Subianto yang ingin menghadirkan pertumbuhan ekonomi 8%. Apalagi, minyak sawit Indonesia menyumbang setidaknya 40% pemenuhan minyak nabati global.
Untuk memastikan keberlanjutan bisnis sawit nasional, Franky menyebut tingkat produktivitas perkebunan wajib ditingkatkan. “Sawit telah berfungsi sebagai komoditas utama dalam ketahanan pangan global, turunan produksinya, dan kontributor utama bagi ekonomi nasional kita,” ujarnya.
Franky juga menyoroti meningkatnya demand produk turunan sawit baik untuk menopang ketahanan pangan maupun ketahanan energi. Salah satunya dengan penerapan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar dengan campuran bahan bakar nabati biodiesel berbasis minyak sawit sebesar 40 persen atau B40 mulai 1 Januari 2025.
Baca Juga
Selain mendorong produktivitas, lanjut Franky, pebisnis sawit nasional juga diharapkan terus memberi dukungan yang konsisten kepada petani kecil dengan menyediakan akses pasar, dukungan teknis, teknologi, hingga pelatihan pertanian berkelanjutan.
Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan adalah menggunakan model siklus tertutup yang inklusif. Model ini membantu meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani kelapa sawit, yang merupakan kunci untuk meningkatkan produktivitas minyak kelapa sawit Indonesia.
Model siklus tertutup yang inklusif menempatkan petani di pusat produksi minyak kelapa sawit, menghubungkan mereka dengan perusahaan kelapa sawit, bank, dan pemerintah untuk mendapatkan bantuan. “Dengan bekerja bersama, kita dapat membangun masa depan di mana pertumbuhan ekonomi, keberlanjutan lingkungan, dan keadilan sosial,” tambahnya.