Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Polemik Kenaikan Tarif Air PAM Jaya antara Luas Cakupan dengan Kualitas Layanan

Cakupan layanan PAM Jaya di Jakarta baru mencapai 69,53%, sedangkan pemerintah akan melarang penggunaan air tanah.
Akses air bersih dan sanitasi merupakan bagian integral dari rumah yang aman, sehat dan layak. Akses air bersih merupakan salah satu program Habitat for Humanity./Dok. Habitat for Humanity Indonesia
Akses air bersih dan sanitasi merupakan bagian integral dari rumah yang aman, sehat dan layak. Akses air bersih merupakan salah satu program Habitat for Humanity./Dok. Habitat for Humanity Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA — Penurunan permukaan air tanah di Jakarta mencapai 39 sentimeter per tahun.  Artinya, selama 10 tahun permukaan air tanah di Jakarta akan turun hingga 3 meter. Salah satu penyebab utama penurunan muka tanah tersebut adalah penggunaan air tanah yang berlebihan.

Namun demikian, di sisi lain, belum semua wilayah Jakarta terlayani air bersih dan air minum dari Perusahaan Umum Daerah Air Minum Jaya (PAM Jaya). Namun demikian, kondisi cakupan layanan PAM Jaya saat ini baru mencapai 69,53% dengan panjang pipa mencapai 12.195 kilometer, padahal seharusnya di tahun 2024 layanan PAM Jaya dapat mencapai 100%. Jumlah pelanggan PAM Jaya di Jakarta mencapai 948.954 sambungan rumah.

Tingkat kebocoran air atau Non Revenue Water (NRW) mencapai 46,2% dan air yang terdistribusi mencapai 1.808.784 meter kubik per hari. PAM Jaya ditargetkan untuk mencapai 100% cakupan layanan seluruh Jakarta pada 2030 dengan tingkat NRW yang dapat ditekan ke level 30%.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan melarang penerbitan izin baru untuk pemanfaatan atau pengambilan air tanah di wilayah Jakarta. Kebijakan ini diambil lantaran permukaan air tanah di Jakarta menurun drastis hingga tergolong pada kategori kritis. Kendati demikian, masyarakat yang sudah terlanjur memiliki izin masih bisa mengambil air tanah.

Wakil Ketua Umum Bidang Pengelolaan Property dan Township Management Real Estat Indonesia (REI) Mualim Wijoyo mengatakan pengembang mendukung langkah pemerintah untuk melarang penggunaan air tanah sebagai upaya mengatasi penurunan muka tanah.

Namun demikian, dia berharap PAM Jaya sebagai perusahaan layanan penyalur air bersih dan bahkan air minum dapat memperbaiki layanan dan menambah jangkauan. Hal ini karena tidak semua kawasan di Jakarta terlayani PAM Jaya. Selain itu, air yang terdistribusikan PAM Jaya kerap kali tidak tersalurkan dengan baik seperti seringkali mati air dan juga tidak bersih.

“Kebocoran air masih sangat besar. PAM Jaya ini perlu melakukan perbaikan layanan,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (6/2/2025).

Dia menyayangkan pengenaan tarif baru air minum PAM Jaya mulai Januari 2025. Kenaikan tarif air minum itu juga berimbas pada tarif air bersih meskipun air tersebut tidak dapat diminum. Kenaikan tarif air bersih di rumah susun mencapai 71% dari sebelumnya yang hanya Rp12.550 menjadi Rp21.500 per meter kubik.

Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Persatuan Perhimpunan Penghuni Rumah Susun Indonesia (P3RSI) Adjit Lauhatta menuturkan tarif baru layanan air bersih PAM Jaya sangat memberatkan bagi para penghuni rumah susun yang merupakan kalangan menengah dan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Pasalnya, dalam tabel layanan baru yang menempatkan rumah susun sebagai apartemen yang merupakan hunian sama gedung bertingkat tinggi komersial, kondominium, dan pusat perbelanjaan yang tarifnya sebesar Rp21.500 per meter kubik.

Menurutnya, salah satu masalah utama dalam pengenaan tarif air bersih ini adalah penetapan golongan apartemen atau rumah susun disamakan dengan gedung bertingkat tinggi komersial, kondominium, dan pusat perbelanjaan, padahal fungsi dan peruntukannya berbeda.

”Rumah susun yang disebut juga apartemen fungsi dan peruntukkannya adalah hunian, sedangkan lainnya untuk komersial. Jadi tidak adil kalau kami disamakan dengan perkantoran dan pusat perdagangan. Kami pun bayar air bersih lebih mahal dibandingkan rumah tipe besar yang ada di Pondok Indah,” katanya. 

Adjit berharap PAM Jaya menunda dan mengkaji ulang kenaikan tarif air bersih dan penggolongan pelanggan rumah susun di DKI Jakarta. Saat ini, pihaknya terus melakukan audiensi dengan pihak PAM Jaya.

“Pihak PAM Jaya tetap bersikeras dengan keputusannya, belum ada jalan temu. Kami berharap kenaikan tarif air bersih ini dapat ditunda dahulu. Kami setiap bulan harus bayar Rp180 juta ke PAM Jaya dengan tarif lama,” ucapnya. 

Adapun rerata pemakaian air bersih di rumah susun sederhana milik (rusunami) dalam satu bulan mencapai 53.000 meter kubik untuk total unit 9.500 unit. Untuk pemakaian air bersih di apartemen sederhana milik (anami) mencapai 23.000 meter kubik per bulan. Jika dilihat per unit, maka pemakaiannya hanya 5 meter kubik untuk 1 unit.

“Suplai PAM Jaya kadang tidak mencukupi, air suka mati, sehingga kadang kami harus membeli air bersih dengan mobil tangki yang harganya lebih mahal. Di Kalibata, ada juga air tanah untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang tidak bisa dipenuhi PAM Jaya, tetapi itu harganya berkali lipat dari tarif PAM,” tutur Adjit. 

TUNDA TARIF BARU AIR

Dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi B DPRD Provinsi DKI Jakarta Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Francine Widjojo meminta PAM Jaya dapat menunda pemberlakuan tarif baru layanan air di rusun.

Pasalnya, saat ini belum ada urgensi kenaikan tarif air PAM Jaya di 2025 karena sejak tahun 2017 PAM Jaya selalu untung, tertinggi di tahun 2023 untung Rp1,2 triliun. Pada 2024, PAM JAYA membagikan dividen Rp62 miliar ke Pemprov DKI Jakarta selaku 100%  pemegang saham.

“Tingkat NRW PAM Jaya ini masih sangat tinggi 42% hingga 46% dan cakupan layanan pun masih belum capai 100%,” ujarnya. 

Selain itu, merujuk Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 730 tahun 2024 tentang Tarif Air Minum Perusahaan Umum Daerah Air Minum Jaya, tarif baru dikenakan untuk air minum, sedangkan air yang disalurkan oleh PAM Jaya baru sebatas air bersih dan belum siap diminum karena belum memenuhi syarat kesehatan.

Menurutnya, secara aturan sebenarnya yang bisa diterapkan PAM Jaya itu adalah kenaikkan tarif air minum, bukan air bersih. Sebab. PAM Jaya merupakan perusahaan air minum bukan air bersih. Semestinya, PAM Jaya memberikan tarif berbeda antara air bersih dan air minum.

“Kenaikan tarif yang diatur di dalam Keputusan Gubernur 730 tahun 2024 itu terkait dengan tarif air minum, sehingga PAM Jaya ini seharusnya menaikkan tarif air minum terhadap pelanggan-pelanggan yang sudah menerima layanan air minum. Informasi layanan air minum itu sudah, terutama yang sambungan pipa baru. Sudah ada beberapa, tapi belum semuanya,” ujarnya. 

Dia menilai untuk meningkatkan cakupan layanan 100% pada 2030, tidak serta merta dengan menaikkan tarif PAM Jaya. Dia menilai masih banyak opsi lain untuk mendukung infrastruktur perpipaan menambah cakupan layanan air bersih dan air minum PAM Jaya.

“Selama ini PAM Jaya menerima penyertaan modal daerah yang 100% enggak terserap. Ada opsi lain dari Pemerintah pusat yang memberikan hibah percepatan tambah air bersih,” kata Francine. 

Sementara itu, Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin mengatakan penerapan tarif baru akan berlaku mulai Januari 2025 dan muncul dalam tagihan air Februari 2025. Kebijakan pengenaan tarif baru tersebut upaya pembangunan infrastruktur jaringan perpipaan dan juga bagian dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pemenuhan air minum pada 2030. Hal ini demi terwujudnya 100% cakupan air minum bagi seluruh warga Jakarta pada 2030 mendatang.

Menurutnya, penerapan tarif baru merupakan upaya untuk mewujudkan pemenuhan air minum secara adil bagi seluruh lapisan masyarakat Jakarta. Terlebih, tarif air minum di Jakarta selama 17 tahun terakhir tetap sama. Padahal, biaya untuk memenuhi kebutuhan penyediaan air minum terus meningkat.

Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) telah menetapkan standar kebutuhan pokok air minum per kepala keluarga sebesar 10 meter kubik per bulan.

“Jika pelanggan rumah tangga menggunakan air secara bijak dengan konsumsi di angka 10 meter kubik maka tidak ada perubahan tarif yang akan dirasakan oleh pelanggan mengingat tarif pada kebutuhan 0-10 meer kubik masih tetap di angka yang relatif sama,” ucapnya. 

Arief menambahkan kelompok pelanggan khusus untuk pemakaian hingga 10 meter kubik atau setara dengan 10.000 liter mengalami penurunan tarif, sedangkan untuk pelanggan kelompok lainnya akan tetap sama seperti sebelumnya. Namun, tarif akan diterapkan secara progresif ketika konsumsi air berada pada rentang lebih dari 10 meter kubik hingga 20 mwer kubik dan di atas 20 meter kubik.

“PAM JAYA berkomitmen memberikan layanan yang lebih baik, sekaligus mendukung program pemerintah dalam memenuhi kebutuhan air minum masyarakat Jakarta secara menyeluruh,” tuturnya. 

Hingga akhir 2030, target tambahan 1 juta sambungan rumah dapat tercapai sehingga ketersediaan layanan air minum perpipaan yang konsisten, berkualitas, dan terjangkau bagi warga Jakarta segera terpenuhi. Nantinya, sepanjang 7.000 kilometer tambahan jaringan perpipaan akan terpasang di seluruh wilayah Jakarta. 

PERBANYAK PIPA CEGAH PENURUNAN TANAH

Terpisah, Ahli Planologi Nirwono Yoga berpendapat PAM Jaya perlu meniru pelayanan kota maju di dunia seperti menyediakan air dari keran yang bisa langsung diminum.

“Sudah harus mulai dikembangkan layanan air siap minum langsung dari keran seperti di Singapura, Melbourne, Sydney dan Tokyo,” ujarnya. 

Menurutnya, layanan air langsung bisa diminum ini sebagai bentuk layanan bagi masyarakat. Pasalnya, selama ini menyediakan air langsung minum dari keran merupakan mimpi besar PAM Jaya.

Hanya saja, keinginan itu terhalang dengan pipa air di bawah tanah yang berusia ratusan tahun sehingga perseroan daerah tak menyarankan masyarakat mengonsumsi air langsung dari keran.

Nirwono optimistis perseroan daerah itu bisa mewujudkan mimpi tersebut. Apalagi peningkatan pelayanan kepada pelanggan merupakan suatu keniscayaan bagi perseroan daerah setelah penyesuaian tarif air sejak Januari 2025.

Menurutnya, kenaikan tarif air PAM Jaya harus mampu mendorong peningkatan layanan kualitas, kuantitas dan kontinuitas ketersediaan air bersih yang memadai dan layak pakai.

Dia berharap PAM Jaya untuk mengakselerasi pembangunan perpipaan agar target 100% layanan bisa tercapai pada 2030 mendatang. Kemudian diperlukan jaringan kawasan industri, komersial, perkantoran, pusat perbelanjaan hingga ke seluruh rumah tangga di Jakarta.

“Sebaiknya pembangunan pipa diutamakan dulu bagi kawasan Jakarta bagian utara agar dapat terlayani 100%, diikuti penghentian pemompaan air tanah yang bisa menyebabkan penurunan muka tanah,” kata Nirwono. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper