Bisnis.com, JAKARTA — Teknologi biochar diyakini sebagai upaya strategis mengatasi perubahan iklim dan mendorong peluang ekonomi hijau melalui perdagangan karbon.
Biochar merupakan bahan padat kaya karbon yang dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna atau pirolisis biomassa. Biochar sering digunakan sebagai pembenah tanah (soil amendment) untuk meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup (KLH) Diaz Hendropriyono mengatakan biochar merupakan hasil pengolahan limbah agrikultur seperti ampas tebu (bagasse) yang dapat menyerap emisi GRK sekaligus merevitalisasi tanah yang tidak lagi optimal. Selain manfaat lingkungan, teknologi ini juga membuka peluang untuk menghasilkan kredit karbon yang dapat diperdagangkan secara internasional.
Menurutnya, penerapan teknologi biochar ini penting. Terlebih, adanya peningkatan temperatur di sejumlah kota besar seperti Jakarta, Semarang, dan Makassar. Berdasarkan hasil penelitian, pemanasan tersebut diakibatkan oleh aktivitas manusia yang terus menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
"Ini pentingnya aksi nyata dari seluruh elemen bangsa, termasuk melalui inovasi teknologi seperti biochar. Aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dua-duanya perlu kita lakukan bersama-sama. Salah satunya seperti yang teman-teman ABII (Asosiasi Biochar Indonesia Internasional) lakukan melalui teknologi biochar,” ujarnya dalam keterangan, Selasa (8/7/2025).
Dia menilai biochar berpotensi menjadi pionir dalam perdagangan karbon global. Pihaknya mendorong agar ABII segera menetapkan standar biochar nasional agar produk Indonesia memiliki daya saing dan mutu yang terjaga di pasar global.
Baca Juga
KLH menyambut baik inisiatif ini sebagai langkah konkret penguatan aksi iklim nasional, mendorong pertumbuhan ekonomi rendah karbon, serta memperluas kiprah Indonesia dalam mekanisme pasar karbon global.
"Harapannya supaya sektor ini bisa menjadi yang pertama yang mendobrak perdagangan karbon internasional. Kami susun dan tetapkan standar-standar untuk memastikan kualitas. Jangan sampai biochar Indonesia dikenal yang memiliki mutu rendah. Kita harus bisa menghasilkan produk berstandar tinggi," katanya.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Rahmat Pambudi berpendapat pentingnya teknologi biochar dalam menghadapi tantangan triple planetary crisis yaitu perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
"Triple planetary crisis perlu ditangani. Salah satu caranya adalah menghasilkan biochar. Kelihatannya sederhana, tetapi menghasilkan biochar berkualitas adalah langkah mengurangi triple planetary crisis," ucapnya.
Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menuturkan diperlukan kesiapan penuh Kementerian Pertanian berkolaborasi dengan ABII. Pihaknya siap berkolaborasi dengan ABBI untuk rencana aksi iklim.
"Kami akan bantu apapun dari segi pertanian, siap kolaborasi, siap terjun, kami bawa eselon 1 dan 2 Kementan untuk menunjukkan komitmen Kementan. Saya minta Kepala Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian untuk segera menindaklanjuti aksi yang akan dieksekusi ABII," tuturnya.
Ketua Dewan Pengawas ABII Rahmat Pambudi menilai perlunya peta jalan sektor biochar untuk mendukung sistem pertanian dan ketahanan pangan nasional.
Ketua Umum ABII yang juga merupakan Utusan Khusus Presiden bidang Perubahan Iklim Hashim Djojohadikusumo menuturkan Indonesia berpotensi dalam memproduksi biochar yang merupakan produk ramah lingkungan untuk meningkatkan kesuburan tanah yang berasal dari limbah pertanian (biomassa).
Indonesia dapat menghasilkan 100 juta ton biomassa per tahun. Dari jumlah biomassa itu, sepertiganya dapat diolah menjadi biochar atau arang. Dengan demikian, Indonesia dapat memproduksi 30 juta ton biochar per tahunnya.
Biomassa tersebut berasal dari limbah pertanian berubah gabah padi, tebu, hingga sawit. Selain itu, Indonesia bisa mendapatkan bahan baku biochar tersebut tidak hanya dari limbah pertanian tetapi juga dari sektor kehutanan. Indonesia diyakini memiliki potensi penambahan devisa luar biasa dari produk ramah lingkungan tersebut.
"Potensi kita untuk biochar kurang lebih sepertiga itu 100 juta ton biomassa. Berarti bisa 30 juta ton biochar. 1 ton biochar kurang lebih US$300, harga internasional. Indonesia berpotensi mendapat pemasukan hingga US$9 miliar per tahun dari produksi biochar, atau setara Rp147,07 triliun. Berarti kita bisa dapat devisa luar biasa, dan juga bisa selamatkan bumi kita," tuturnya.
Adapun produk biochar Indonesia pun sudah mendapat ketertarikan dari negara luar. Seperti biochar produksi Sawa Eco dari Majalengka, yang telah menjalin kontrak ekspor ke Arab Saudi. Pihaknya tengah menyusun standar khusus atau Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk produk biochar untuk menjaga mutu dan kualitas. ABII menargetkan produksi biochar sebesar 1,5 juta ton hingga 2 juta ton setiap tahunnya.
"Banyak negara di luar negeri yang membutuhkan. Misalnya Arah Saudi untuk program penanaman pohon, penghijauan, mereka perlu," terangnya.