Bisnis.com, JAKARTA — Emiten-emiten yang tergabung dalam indeks Nikkei 225 memimpin skor environmental, social and governance (ESG) di kawasan Asia Pasifik, meski masih tertinggal dibandingkan dengan indeks yang merepresentasikan emiten di Eropa dan Amerika Serikat.
Indeks Nikkei 225 Jepang memiliki representasi kepemimpinan ESG tertinggi di antara indeks utama kawasan Asia Pasifik. Lebih dari separuh anggota Nikkei 225 berada pada kisaran persentil ESG 80–100, lebih rendah daripada indeks Barat. Sebagai perbandingan, hampir 75% konstituen indeks Stoxx 600 dan S&P 500 masuk dalam deretan teratas persentil ESG.
Dari sisi skor lingkungan, penghuni Nikkei 225 rata-rata berada pada persentil ke-80, sedikit lebih tinggi dari S&P 500 yang berada di persentil ke-78, tetapi masih di bawah Stoxx 600 yang mencapai persentil ke-83.
“Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan Jepang memiliki rencana dan kebijakan yang solid dalam menghadapi isu-isu lingkungan material yang sebanding dengan perusahaan asing, meskipun Jepang merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketujuh di dunia pada 2023 menurut basis data EDGAR,” tulis Bloomberg Intelligence ESG Strategist Ortis Fan dan Yasutake Homma dalam laporannya, dikutip Senin (26/5/2025).
Fan dan Homma mencatat bahwa perusahaan-perusahaan besar Jepang di berbagai sektor telah mengadopsi prinsip ESG secara serius, dengan skor ESG tertinggi yang sebanding dengan perusahaan asing.
Nomura menjadi emiten sektor keuangan dengan skor ESG tertinggi selama lima tahun terakhir. Bank ini memiliki inisiatif kuat dalam aspek lingkungan, dengan penghimpunan dana senilai US$28,5 miliar dalam pembiayaan berkelanjutan sepanjang tahun fiskal 2023/24, tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Nomura juga menunjukkan stabilitas dan profitabilitas yang lebih kuat dibandingkan sektor keuangan dari indeks lainnya.
Baca Juga
Sementara itu, perusahaan besar seperti Sony dan Komatsu tidak hanya menempati peringkat atas dalam ESG, tetapi juga dalam imbal hasil tahunan lima tahun, volatilitas, dan return on equity (ROE) operasional yang mengungguli para pesaing.
Banyak perusahaan Nikkei 225 telah menunjukkan peningkatan signifikan dalam kinerja ESG selama empat tahun terakhir. Salah satu yang paling mencolok adalah ritel fesyen daring Zozo. Perusahaan ini mencatat peningkatan skor ESG tertinggi sebesar 3,74 poin antara 2020–2024.
Zozo mempromosikan fesyen sirkular dengan menggunakan serat dari botol plastik daur ulang dan kain ramah lingkungan. Perusahaan ini juga baru saja mengakuisisi Lyst yang berbasis di Inggris, yang dikenal dengan komitmennya terhadap rantai pasok yang bertanggung jawab.
Produsen otomotif raksasa seperti Nissan dan Mitsubishi Motors juga menunjukkan perbaikan dalam ESG, seiring dengan membaiknya kondisi keuangan mereka dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, keduanya kini menghadapi tantangan dari melemahnya permintaan dan meningkatnya persaingan di tengah ketidakpastian tarif, yang dapat memperlambat inisiatif keberlanjutan mereka. Nissan bahkan memutuskan membatalkan pembangunan pabrik baterai mobil listrik di Fukuoka untuk fokus pada pemulihan bisnis.
Sejumlah perusahaan besar Jepang juga masih tertinggal dalam kinerja ESG, dengan peringkat di bawah persentil ke-50. Hal ini mengindikasikan bahwa profil ESG mereka lebih buruk dibandingkan dengan separuh dari rekan-rekan sektor globalnya.
Perusahaan baja terbesar Jepang, Nippon Steel, memiliki skor di bawah median dalam aspek lingkungan dan sosial. Namun, rencana akuisisi US Steel dapat menjadi sinyal komitmen perusahaan untuk mencapai dekarbonisasi melalui proses produksi berbasis hidrogen dan sirkulasi karbon.
Perusahaan sektor keuangan juga mendominasi daftar perusahaan yang skor ESG-nya tertinggal. Beberapa di antaranya termasuk nama besar seperti SMFG dan MUFJ. Skor ESG kedua perusahaan ini turun terutama karena keterbatasan dalam pengungkapan data.
“Peningkatan pelaporan ESG, khususnya dalam bentuk metrik kuantitatif, berpotensi mendorong peningkatan skor ESG mereka,” tulis Bloomberg Intelligence.