Bisnis.com, JAKARTA — Studi yang dilakukan oleh London Stock Exchange Group Plc. (LSEG), perusahaan pengelola Bursa Efek London, menyatakan bahwa perusahaan yang merespons risiko fisik terkait perubahan iklim memperoleh keuntungan finansial yang signifikan dalam operasionalnya.
Penelitian LSEG menemukan bahwa lebih dari 2.100 perusahaan berhasil menghasilkan pendapatan gabungan lebih dari US$1 triliun tahun lalu dari produk dan layanan yang berkontribusi pada adaptasi iklim. Studi ini mencakup perusahaan dari berbagai sektor seperti logistik, pengolahan makanan, dan real estat.
Strategi iklim yang berfokus pada adaptasi terhadap dampak fisik pemanasan global makin mendapat perhatian, sebut studi tersebut. Para investor, pembuat kebijakan, dan eksekutif perusahaan mulai menyadari ancaman serius yang ditimbulkan oleh pemanasan global, seiring dengan kenaikan suhu yang diproyeksi melampaui ambang batas 1,5°C.
LSEG mencatat bahwa sejumlah perusahaan keuangan, seperti JPMorgan Chase & Co., Jefferies Financial Group Inc., dan dana kekayaan negara Singapura, melihat peluang keuntungan dari investasi pada strategi adaptasi.
"Adaptasi dan ketahanan iklim kini menjadi sumber pertumbuhan tambahan bagi ekonomi hijau. Perhatian pada risiko fisik meningkat, dan langkah adaptasi oleh perusahaan dan pemerintah akan menghasilkan keuntungan nyata,” kata Jaakko Kooroshy, Kepala Penelitian Investasi Berkelanjutan Global LSEG dikutip dari Bloomberg, Selasa (13/5/2025).
Meskipun ada hambatan politik, pendapatan sektor korporasi dari kegiatan hijau, baik mitigasi maupun adaptasi cenderung tetap tangguh.
Baca Juga
"Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah: 'Dengan pemerintahan Trump yang berkuasa, apa artinya bagi ekonomi hijau?' Jawabannya adalah bahwa sektor ini sudah begitu besar dan kuat sehingga tidak akan runtuh begitu saja," jelas Kooroshy.
LSEG melakukan analisis terhadap lebih dari 20.000 perusahaan secara global dan menilai kontribusi mereka terhadap apa yang disebut sebagai ekonomi hijau. Studi ini merupakan penilaian tahunan keenam yang dilakukan oleh pengelola bursa dan penyedia data tersebut.
Hasilnya, pendapatan yang berasal dari aktivitas terkait adaptasi iklim mencapai sekitar seperlima dari ekonomi hijau global sebesar US$5 triliun pada tahun lalu. Sektor bangunan hijau dan infrastruktur air menjadi kontributor terbesar.
Menurut Kooroshy, meskipun belum banyak perusahaan yang sepenuhnya berfokus pada adaptasi, ada banyak perusahaan yang sebagian pendapatannya berasal dari kegiatan tersebut.
Sebagai contoh, sekitar 6% pendapatan Thales SA, perusahaan dirgantara dan pertahanan asal Prancis, berasal dari produksi satelit meteorologi untuk memantau perubahan iklim.
Sementara itu, 31% pendapatan Raito Kogyo Co. asal Jepang berasal dari kegiatan terkait penanganan erosi tanah dan dekontaminasi tanah. Di Amerika Serikat, perusahaan pengelolaan limbah Clean Harbors Inc. mendapatkan 77% pendapatannya dari strategi adaptasi.
Studi tersebut juga mencatat bahwa jika semua perusahaan yang mendapatkan pendapatan dari ekonomi hijau berada dalam satu kelompok industri, mereka menjadi sektor dengan ekuitas berkinerja terbaik kedua selama sedekade terakhir.