Bisnis.com, JAKARTA — Suhu rata-rata wilayah Indonesia memperlihatkan tren kenaikan dalam beberapa dua dekade terakhir menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Hal ini dapat mempengaruhi ketersediaan air permukaan maupun air tanah.
Berdasarkan data dari 113 stasiun klimatologi, suhu rata-rata nasional pada 2024 mencapai 27,52°C dengan anomali positif sebesar 0,81°C dibandingkan dengan periode klimatologis 1991–2020.
“Kenaikan suhu ini tidak hanya terjadi di satu wilayah, tetapi merata di seluruh Indonesia, dan berdampak besar terhadap ketersediaan air permukaan maupun air tanah,” kata Kepala BMKG ujar Dwikorita Karnawati dalam diskusi bersama Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, dikutip dari siaran pers, Kamis (8/5/2025).
Seiring dengan suhu yang makin panas, Dwikorita mengemukakan bahwa musim kemarau diprediksi menjadi makin kering dalam tiga dekade ke depan, sementara curah hujan saat musim hujan justru cenderung meningkat. Ketimpangan ini akan memperbesar risiko bencana hidrometeorologi, baik kekeringan maupun banjir.
“Kita harus segera memperkuat strategi adaptasi, salah satunya dengan mengelola sumber daya air secara lebih cerdas melalui restorasi sungai yang berkelanjutan,” katanya.
BMKG juga menekankan pentingnya pemanfaatan informasi iklim secara tepat waktu untuk mendukung perencanaan restorasi dan konservasi sumber daya air. Berbagai layanan prediksi curah hujan bulanan, musiman, serta peringatan dini iklim ekstrem telah disediakan dan dapat diakses publik melalui situs resmi BMKG. Informasi ini juga dapat digunakan untuk menentukan waktu optimal panen air hujan serta mengantisipasi risiko kekeringan dan sedimentasi.
Baca Juga
Dalam paparannya, Dwikorita menyampaikan bahwa kolaborasi antarlembaga sangat krusial dalam pengelolaan wilayah sungai.
BMKG saat ini telah mengintegrasikan data hidrometeorologi dengan data hidrologi dari Kementerian PUPR dan data hidrogeologi dari Badan Geologi, sehingga analisis prediksi iklim dan air dapat dilakukan secara komprehensif.