Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penundaan Transisi Netral Karbon Berisiko Bawa Kontraksi Ekonomi

Penundaan transisi menuju ekonomi rendah karbon bisa memicu kontraksi ekonomi yang lebih dalam
Ilustrasi investasi ESG
Ilustrasi investasi ESG

Bisnis.com, JAKARTA — Koalisi bank sentral dan regulator keuangan global memperingatkan bahwa penundaan transisi menuju ekonomi netral karbon dapat meningkatkan biaya ekonomi dan memicu stres keuangan dalam lima tahun mendatang.

Jaringan Penghijauan Sistem Keuangan (Network for Greening the Financial System/NGFS) menyampaikan peringatan ini saat meluncurkan mekanisme baru untuk mengukur dampak cuaca ekstrem dan perubahan kebijakan dalam jangka pendek. NGFS memperkirakan bahwa penerapan langkah transisi bertahap yang ambisius dapat membatasi penurunan output ekonomi global hingga 0,4% pada 2030. Namun, dalam skenario "sudden wake-up call" di mana upaya transisi tertunda tiga tahun, kontraksi ekonomi bisa mencapai 1,3%.

"Peristiwa cuaca ekstrem dan perubahan kebijakan transisi yang tiba-tiba dapat berdampak besar pada ekonomi dan sektor keuangan dalam jangka pendek. Mengurangi atau menunda aksi iklim kemungkinan akan memperparah kerusakan ekonomi di masa depan," kata Sabine Mauderer, pejabat Bundesbank Jerman sekaligus ketua NGFS, dikutip dari Bloomberg, Kamis (8/5/2025).

Didirikan pada 2017, NGFS kini mewakili lebih dari 140 bank sentral dan regulator keuangan dunia. Namun, inisiatif ini mengalami kemunduran pada Januari 2025 ketika The Fed menarik diri setelah Presiden AS Donald Trump kembali ke Gedung Putih dan menerapkan deregulasi yang menggagalkan komitmen iklim sebelumnya, termasuk pengurangan emisi.

Dalam skenario transisi tertunda, NGFS menyatakan bahwa negara dengan kebijakan iklim yang kuat akan terdampak lebih ringan jika terjadi perubahan kebijakan dan preferensi konsumen secara mendadak yang sulit diadaptasi oleh pasar. Dalam kondisi demikian, bank sentral kemungkinan akan merespons lonjakan inflasi dengan kebijakan moneter yang lebih ketat.

"Wilayah dan negara dengan kebijakan iklim yang kurang ambisius akan menghadapi tantangan lebih besar, terutama dalam hal investasi tambahan dan dampak kebijakan transisi terhadap pertumbuhan," kata NGFS dalam laporannya.

NGFS juga menguji skenario dampak cuaca ekstrem dalam jangka pendek, yang menunjukkan bahwa gangguan cuaca mendadak dapat menyebabkan kerugian besar pada produk domestik bruto (PDB) di sejumlah wilayah dan memberikan dampak pada ekonomi global.

Pejabat NGFS, Livio Stracca, mengatakan bahwa temuan baru ini memberikan gambaran jelas tentang dampak langsung perubahan iklim ekstrem dan perubahan kebijakan, dengan tingkat detail yang relevan untuk pengambilan keputusan investasi, pengawasan keuangan, kebijakan moneter, dan manajemen risiko.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper