Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kapasitas Pembangkit Listrik Energi Terbarukan di China Lampaui PLTU Batu Bara

Pemerintah China telah menetapkan sasaran untuk meningkatkan kapasitas tenaga angin dan surya menjadi 1.200 GW pada 2030.
Para pekerja berjalan di salah satu pembangkit listrik tenaga surya di Tongchuan, provinsi Shaanxi, China, 11 Desember 2019./Reuters-Muyu Xu
Para pekerja berjalan di salah satu pembangkit listrik tenaga surya di Tongchuan, provinsi Shaanxi, China, 11 Desember 2019./Reuters-Muyu Xu

Bisnis.com, JAKARTA — Kapasitas pembangkit listrik tenaga angin dan surya di China melonjak hingga 1.482 gigawatt (GW) pada kuartal I/2025. Jumlah tersebut melampaui kapasitas listrik termal berbasis bahan bakar fosil untuk pertama kalinya dalam sejarahnya.

Dilansir Reuters, meskipun China merupakan salah satu dari sedikit negara yang masih mengoperasikan pembangkit listrik tenaga batu bara baru yang intensif karbon, namun negara itu telah memulai program perluasan energi terbarukan yang cepat dengan pemasangan baru mencapai rekor tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.

Adapun pemerintah China telah menetapkan sasaran untuk meningkatkan kapasitas tenaga angin dan surya menjadi 1.200 GW pada 2030 dan memenuhi sasaran tersebut 6 tahun lebih awal tahun lalu.

Akses jaringan listrik masih menjadi masalah dimana pangsa kapasitas terbarukan dalam bauran daya China telah meningkat, sedangkan pangsa pembangkit listriknya belum meningkat dengan perusahaan-perusahaan jaringan listrik masih memprioritaskan listrik yang dipasok oleh pembangkit bahan bakar fosil.

Badan Energi Nasional China mengatakan tenaga angin dan surya menyumbang 22,5% dari listrik yang disalurkan kepada konsumen pada kuartal I tahun ini, meskipun keduanya menyumbang lebih dari setengah dari total kapasitas terpasang.

Para peneliti dari kelompok investasi Prancis Natixis menyatakan permintaan luar negeri yang menurun untuk turbin dan panel China di tahun ini karena disebabkan meningkatnya proteksionisme. Hal ini telah mendorongnya untuk membebani lebih awal kapasitas energi terbarukan baru di dalam negeri, meskipun jaringan listriknya belum siap menerimanya. Akibatnya, sebagian besar energi angin dan mataharinya terbuang sia-sia.

Meskipun China telah berjanji untuk mengurangi ketergantungannya pada batu bara, negara itu mulai membangun kapasitas listrik berbahan bakar batu bara sebesar 99,5 GW lagi pada 2024. Proyek baru berbahan bakar batu bara akan memberikan dukungan beban dasar untuk energi terbarukan, yang sebagian bergantung pada sumber energi yang tidak menentu.

China merupakan penghasil karbon dioksida terbesar di dunia, dan memiliki armada pembangkit listrik berbahan bakar batu bara terbesar di dunia. China telah berjanji untuk mengurangi konsumsi batu bara selama periode 2026-2030, dan bertujuan untuk mencapai puncak emisi karbon dioksida (CO2) sebelum akhir dekade ini.

Negara tersebutjuga telah berjanji kepada Perjanjian Paris Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memangkas tingkat intensitas karbon tahun 2005 dimana emisi yang dihasilkan per unit pertumbuhan PDB sebesar 65% sebelum tahun 2030.

Peneliti Senior di Asia Society Policy Institute Lauri Myllyvirta menuturkan negara tersebut masih sangat menyimpang dari target dan pembangkit listrik tenaga batu bara yang baru diresmikan dapat terus menggusur energi bersih.

"Setelah beberapa tahun kemajuan yang lambat, mewujudkan komitmen utama Tiongkok berdasarkan perjanjian Paris akan sulit," kata Myllyvirta. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper