Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Kekurangan US$146,4 Miliar untuk Pembiayaan Iklim

Mayoritas pembiayaan iklim di Indonesia selama 2015-2021 masih berasal dari pemerintah
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Minggu (18/8/2024)/Bisnis-Paulus Tandi Bone
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Minggu (18/8/2024)/Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA — Laporan terbaru Climate Policy Initiative (CPI) bertajuk Climate-Aligned Investments in Indonesia’s Financial Sector mengungkap adanya kesenjangan investasi yang signifikan senilai US$146,4 miliar untuk mencapai target Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) 2030.

Laporan tersebut menyebutkan bahwa lembaga keuangan publik dan swasta hanya berkontribusi sebesar US$41,7 miliar dalam pembiayaan iklim, atau sekitar 15% dari kebutuhan Indonesia dalam kurun 2015–2021.

Anggaran yang digelontorkan pemerintah menjadi penyumbang utama pembiayaan iklim nasional dengan nilai US$96,90 miliar selama kurun 2015-2021, padahal kebutuhan biaya untuk mencapai ENDC 2030 mencapai US$285 miliar.

Selain itu, lembaga keuangan swasta tercatat hanya menyalurkan 3% dari total investasi untuk pembiayaan iklim. Hal ini menunjukkan potensi besar untuk meningkatkan keterlibatan sektor swasta dalam mendukung target iklim dan keberlanjutan Indonesia.

Investasi berorientasi iklim dari lembaga keuangan swasta di Indonesia memperlihatkan kenaikan dari US$1,2 miliar pada 2015 menjadi US$4,0 miliar pada 2021.

CPI mencatat peningkatan signifikan yang didominasi oleh investasi dari bank komersial ini sebagian dipengaruhi oleh penerapan praktik keuangan berkelanjutan dan persyaratan pelaporan yang diwajibkan oleh POJK No. 51/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik.

“Regulasi ini mengharuskan pengembangan Sustainable Finance Action Plans serta pelaporan keberlanjutan tahunan, yang mendorong bank untuk mengidentifikasi risiko dan peluang terkait iklim serta sosial, lalu mengintegrasikannya ke dalam penilaian risiko dan transaksi keuangan mereka,” catat CPI.

Tren pembiayaan berkelanjutan dari lembaga keuangan swasta makin diperkuat oleh data terbaru dari OJK dan Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memperlihatkan pertumbuhan. Dengan kapitalisasi pasar modal Indonesia yang mencapai Rp11,67 kuadriliun atau sekitar US$713,7 miliar pada Desember 2023, pasar modal berpotensi menjadi sumber pendanaan yang signifikan untuk menutup kesenjangan investasi iklim.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper