Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meraba Prospek Saham-Saham Kendaraan Ramah Lingkungan setelah Ambruk Sepanjang 2024

Saham-saham dalam indeks transportasi ramah lingkungan yang dihimpun Bloomberg memperlihatkan perform di bawah pasar
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA — Prospek saham-saham di transportasi ramah lingkungan, termasuk kendaraan listrik, di persimpangan setelah memperlihatkan kinerja negatif sepanjang 2024.

Merujuk Bloomberg Electric Vehicles Price Return Index, saham transportasi ramah lingkungan cenderung berkinerja lebih buruk dibandingkan dengan pasar secara umum. Indeks ini parkir dengan koreksi 16% pada pengujung 2024 dibandingkan dengan posisinya pada awal tahun.

Sebagai perbandingan, indeks S&P 500 parkir di level 124,0 pada pengujung 2023, sementara Bloomberg EV Index di level 92,0. Performa di bawah pasar umum kembali terlihat pada akhir 2024 ketika Bloomberg EV Index parkir di angka 84,0 dan indeks S&P 500 di level 124,0.

BloombergNEF mencatat koreksi indeks tidak terlepas dari perlambatan pertumbuhan pada permintaan dan jadwal produksi yang lebih ketat. Kondisi tersebut telah mengikis kepercayaan investor di sektor ini. Setidaknya, 56 dari 65 anggota yang membentuk Bloomberg EV Index mengalami penurunan harga sepanjang tahun 2024.

Sejumlah saham yang menjadi pemberat terbesar indeks adalah perusahaan-perusahaan baterai asal Korea Selatan. Harga saham Samsung SDI Co., LG Energy Solution, dan SK On Co. yang merupakan tiga produsen baterai terbesar di negara itu kompak terkoreksi sepanjang tahun lalu.

Sebaliknya, perusahaan asal China berkontribusi positif terhadap indeks EV Bloomberg meskipun terdapat kelebihan kapasitas manufaktur di wilayah tersebut. Kenaikan harga saham CATL, Geely Automotive, BYD Co., Seres Group, dan 14 perusahaan lainnya telah menjadi pengangkat indeks.

“Kenaikan terutama didukung oleh stimulus ekonomi dari pemerintah China,” tulis BloombergNEF dalam risetnya.

Namun, faktor terbesar yang membayangi industri kendaraan listrik global adalah Donald Trump. Kembalinya sosok dari Partai Republik itu ke Gedung Putih telah menimbulkan ketidakpastian terhadap masa depan insentif EV yang tertuang dalam Inflation Reduction Act (IRA) pemerintahan Joe Biden.

Sebagai catatan, perusahaan-perusahaan yang berbasis di AS menyumbang seperlima dari bobot indeks. Dua belas perusahaan dari wilayah tersebut menutup tahun dengan kinerja negatif, termasuk produsen EV Rivian Automotive, Inc., perusahaan pertambangan logam Albemarle Corp., dan pembuat sel bahan bakar Plug Power, Inc.

“Namun, dampak Trump tidak terbatas pada perusahaan yang berbasis di AS saja. Dengan masa depan IRA yang tidak pasti, beberapa produsen baterai Korea Selatan mulai mempertimbangkan kembali rencana manufaktur mereka di AS,” demikian Bloomberg melaporkan.

Prospek pasar EV AS dalam beberapa bulan mendatang masih belum jelas di tengah ketidakpastian regulasi. Sebagai contoh, kredit pajak 30D untuk EV baru dan 25E untuk EV bekas dapat sepenuhnya dihapus atau persyaratannya diperketat, sehingga lebih sedikit kendaraan yang memenuhi syarat. Kredit pajak 45W untuk EV komersial, yang memungkinkan kendaraan tidak memenuhi syarat tetap memperoleh insentif selama disewakan di AS, juga berisiko dicabut.

Proyeksi terbaru dari BloombergNEF memperkirakan bahwa penjualan EV di AS akan menghadapi hambatan dalam waktu dekat, dengan hanya sepertiga dari seluruh mobil baru yang terjual di AS pada 2030 diperkirakan akan berpenggerak listrik, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 48%.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper