Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

2024 Cetak Rekor Jadi Tahun Terpanas dalam Sejarah

Tahun ini hampir pasti menjadi tahun terpanas dengan suhu rata-rata pada November 2024 melampaui rekor yang sebelumnya dicatat pada November 2023
Para pengungsi Ethiopia mengantri untuk menerima bantuan makanan di kamp Higlo untuk orang-orang yang mengungsi akibat kekeringan di kota Gode, Wilayah Somalia, Ethiopia, 26 April 2022./Reuters
Para pengungsi Ethiopia mengantri untuk menerima bantuan makanan di kamp Higlo untuk orang-orang yang mengungsi akibat kekeringan di kota Gode, Wilayah Somalia, Ethiopia, 26 April 2022./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – 2024 dipastikan menjadi tahun terpanas dalam sejarah, dengan suhu rata-rata bumi yang terus naik melampaui target ambang batas 1,5 derajat Celcius sebelum periode praindustri (1850-1900).

Laporan layanan iklim Copernius (Copernicus Climate Change Service/C3S) yang berbasis di Uni Eropa menunjukkan bahwa suhu rata-rata global pada November 2024 menembus 1,62 derajat Celcius di atas ambang.

Suhu rata-rata ini menjadi yang tertinggi sejak pencatatan dimulai dan melampaui rekor sebelumnya yang jatuh pada November 2023, lapor Reuters. C3S telah mencatat suhu rata-rata bumi sejak 1940 dan membandingkannya dengan data global yang dimulai dari 1850.

Tahun 2024 memang diwarnai dengan sejumlah bencana iklim dan cuaca ekstrem, seperti kekeringan di Italia dan Amerika Selatan, banjir mematikan di Nepal, Sudan, dan Eropa, hingga gelombang panas di Meksiko, Mali, dan Arab Saudi yang menewaskan ribuan orang. Kajian ilmiah turut memberi konfirmasi bahwa aktivitas manusia telah berkontribusi memicu bencana-bencana alam terkait perubahan iklim tersebut.

“Kita masih berada di teritorial di mana suhu berpotensi kembali mencetak rekor. Ini mungkin akan berlangsung selama beberapa bulan ke depan,” kata peneliti iklim Copernicus Julien Nicolas dikutip Reuters.

Penyebab utama perubahan iklim adalah emisi karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil. Pengurangan emisi menuju nol bersih, seperti yang dijanjikan banyak negara, akan mencegah makin parahnya pemanasan global.

Terlepas dari komitmen hijau tersebut, emisi karbon pada 2024 diperkirakan mencapai rekor tertinggi.

Para ilmuwan Copernicus juga memantau kemungkinan terbentuknya pola cuaca La Niña pada 2025, yang melibatkan pendinginan suhu permukaan laut. Pola ini dapat mendinginkan suhu global secara sementara, tetapi tidak akan menghentikan tren pemanasan jangka panjang akibat emisi. Saat ini, dunia berada dalam kondisi netral setelah El Niño berakhir awal tahun ini.

"Jika La Niña berkembang pada 2025 dan membuat suhu sedikit lebih dingin dibandingkan dengan 2024, ini tidak berarti suhu akan 'aman' atau 'normal'," ujar Friederike Otto, dosen senior di Imperial College London.

"Kita masih akan menghadapi suhu tinggi yang berujung pada gelombang panas berbahaya, kekeringan, kebakaran hutan, dan siklon tropis,” lanjutnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper