Bisnis.com, JAKARTA — Konservasi satwa liar menjadi aspek vital dalam menjaga keanekaragaman hayati dan memelihara ekosistem yang sehat.
Konservasi berfungsi untuk menjaga kekayaan alam dari risiko kepunahan, sekaligus berperan sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi perubahan iklim, kerusakan habitat, dan eksploitasi sumber daya alam.
Dikutip dari Yayasan Konservasi Alam Nusantara, konservasi flora dan fauna merupakan serangkaian upaya terorganisasi untuk melindungi, melestarikan, dan mengembalikan keberadaan spesies tumbuhan (flora) dan hewan (fauna) di habitat aslinya yang terancam kepunahan atau kerusakan.
Langkah ini bertujuan untuk mempertahankan keanekaragaman hayati, memastikan keberlanjutan spesies, dan menjaga fungsi ekosistem.
Konservasi melibatkan berbagai strategi termasuk perlindungan habitat alami, pemulihan populasi spesies yang berisiko, dan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Dengan langkah-langkah ini, konservasi dapat berfokus pada perlindungan spesies, sekaligus pada pemeliharaan ekosistem yang mendukung siklus kehidupan dan keberlangsungan ekosistem secara keseluruhan.
Baca Juga
Di Indonesia, konservasi satwa liar di area-area ini sangatlah krusial untuk kelangsungan hidup spesies-spesies yang terancam punah.
Konservasi spesies bertujuan untuk mencegah kepunahan dan menjamin kelangsungan hidup spesies yang terancam. Langkah-langkahnya mencakup identifikasi spesies yang terancam punah, program pemulihan, serta perlindungan hukum.
Upaya ini juga melibatkan penetapan kawasan lindung, pemantauan populasi, dan pengendalian ancaman seperti perburuan liar dan perusakan habitat.
Pelestarian habitat melibatkan perlindungan dan pemulihan lingkungan alami tempat hidup spesies. Habitat yang sehat penting bagi keanekaragaman hayati, karena memberi ruang bagi spesies untuk berkembang.
Habitat memainkan peran yang tak tergantikan dalam kehidupan satwa liar dimana terdapat penyediaan makanan, air, tempat berlindung, dan ruang untuk berkembang biak.
Saat habitat terganggu atau rusak, kelangsungan hidup satwa liar terancam. Langkah-langkahnya meliputi perlindungan kawasan hutan, padang rumput, dan lahan basah dari kerusakan akibat deforestasi, polusi, dan perubahan iklim.
Di Indonesia, hilangnya hutan secara besar-besaran yang berdampak langsung pada populasi harimau sumatra, gajah sumatra, dan spesies lainnya.
Hutan lindung tersebar di berbagai wilayah termasuk di Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Kawasan-kawasan ini menjadi habitat penting bagi beragam spesies, seperti orang utan, bekantan, dan macan tutul jawa.
Dengan menjaga kelestarian hutan lindung, maka memastikan kelangsungan hidup spesies-spesies ini untuk generasi mendatang. Pasalnya, penggundulan hutan, pertambangan liar, dan konversi lahan menjadi ancaman nyata yang menggerogoti habitat satwa liar di seluruh dunia.
Pemerintah memiliki kawasan konservasi area yang ditetapkan khusus untuk melindungi satwa liar dan habitatnya. Kawasan ini dikelola dengan ketat untuk meminimalkan gangguan manusia dan memastikan satwa liar dapat berkembang biak dan berkembang dalam lingkungan yang aman.
Adapun kawasan konservasi berupa taman nasional, suaka margasatwa, dan cagar alam. Kawasan-kawasan ini menjadi surga bagi bermacam-macam spesies, mulai dari orang utan di Taman Nasional Gunung Leuser hingga burung cendrawasih di Taman Nasional Lorentz.
Meskipun area lindung telah ditetapkan, konservasi satwa liar di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. Perburuan liar, perdagangan ilegal satwa liar, dan pertambangan liar terus mengancam populasi satwa liar kita. Selain itu, perubahan iklim juga menjadi ancaman yang semakin nyata, mempengaruhi habitat dan ketersediaan sumber daya bagi satwa liar.
Pelibatan masyarakat lokal dalam konservasi bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab dalam menjaga lingkungan. Langkah ini meliputi edukasi konservasi, pelatihan keterampilan, dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam. Partisipasi memastikan masyarakat memiliki peran aktif dan kepentingan dalam menjaga kelestarian alam.
Berdasarkan data Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) per 2023, terdapat 22 tipe ekosistem dan 75 vegetasi di Indonesia.
Di dalamnya ada beragam flora dan fauna, termasuk 1.821 spesies burung, 786 spesies mamalia, 66.361 spesies serangga, 3.478 spesies ikan, 1.639 spesies pakis, 24.995 spesies angiospermae atau tumbuhan berbunga, 871 spesies fungi, dan 75 spesies mangrove.
Jumlah kupu-kupu di Indonesia mencakup 10% dari total jenis fauna dunia. Sementara itu, spesies burung, mamalia, serta reptil memiliki endemisitas tertinggi di dunia.
Sementara itu, Direktur Taman Safari Indonesia (TSI) Jansen Manansang mengatakan TSI terus berkomitmen dan inovasi dalam bidang konservasi dan kesehatan satwa.
Menurutnya, kesejahteraan hewan di Indonesia mengalami kenaikan khususnya melalui Taman Safari Indonesia.
“Taman Safari Indonesia, telah menjadi model integrasi antara konservasi satwa, edukasi masyarakat, dan pariwisata berkelanjutan,” ujarnya dikutip dari Antara, Selasa (14/1/2025).
Taman Safari Indonesia sebagai pusat konservasi telah meluncurkan berbagai inisiatif strategis seperti, program pelestarian satwa langka, upaya konservasi.
Kemudian juga penangkaran untuk spesies yang terancam punah seperti harimau sumatra dan jalak bali. Program ini, kata dia telah memberikan kontribusi signifikan dalam mendukung populasi satwa liar di habitat aslinya serta menjadikan Taman Safari sebagai garda terdepan dalam upaya konservasi di Indonesia.
Dari segi pengembangan fasilitas kesehatan satwa, Taman Safari Indonesia juga terus berinovasi dalam menyediakan layanan kesehatan untuk satwa. Pendirian rumah sakit satwa berstandar internasional menjadi bukti nyata dedikasi terhadap kesejahteraan satwa.
“Fasilitas ini tidak hanya melayani kebutuhan medis satwa, melainkan juga menjadi pusat penelitian dan pelatihan bagi para profesional di bidang kesehatan satwa, menjadikannya salah satu yang terdepan di Asia,” katanya.
Taman Safari Indonesia melakukan kampanye berkelanjutan yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melindungi keanekaragaman hayati, sekaligus memberikan pengalaman edukatif kepada pengunjung.
“Pentingnya sinergi antar pemangku kepentingan untuk terus memperjuangkan kesejahteraan satwa, baik melalui kebijakan, riset, maupun aksi nyata di lapangan untuk konservasi hewan dan alam,” ucap Jansen.