Bisnis.com, JAKARTA — PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) melakukan reklamasi lahan pascatambang di sekitar wilayah Kalimantan Barat dengan melibatkan lebih dari 100 masyarakat perempuan melalui program Mamalam.
Mamalam merupakan akronim dari Manak Mandiri Man Alam yang berarti kami mandiri bersama alam dalam bahasa Dayak. Program ini merupakan inisiatif Antam yang dijalankan sejak 2014.
Program ini hadir sebagai wujud komitmen emiten berkode saham ANTM tersebut dalam menciptakan pertumbuhan dan kemandirian masyarakat sekitar area operasionalnya, khususnya kelompok rentan seperti ibu rumah tangga dan buruh tani.
Corporate Secretary PT Aneka Tambang Tbk. Syarif Faisal Alkadrie mengatakan bahwa program Mamalam adalah bentuk nyata sinergi antara upaya pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.
“Bagi Antam, tercapainya masyarakat yang mandiri dan sejahtera merupakan bagian penting dalam mengukur keberhasilan kinerja yang berkelanjutan. Program Mamalam adalah salah satu wujud komitmen kami dalam menciptakan nilai tambah yang merata di wilayah operasional,” ungkap Syarif dalam keterangan pers, Jumat (25/4/2025).
Kelompok Mamalam bukan hanya mitra binaan, tetapi juga mitra kerja dalam pelaksanaan reklamasi lahan bekas tambang milik Unit Bisnis Pertambangan (UBP) Bauksit Kalimantan Barat.
Baca Juga
Dengan memanfaatkan tandan kosong (tankos) kelapa sawit sebagai media tanam, mereka turut membantu revegetasi tanaman endemik lokal seperti ulin, tengkawang, dan durian.
Atas pelaksanaan Program Mamalam dan pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat, Antam meraih penghargaan PROPER Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)—penghargaan tertinggi di bidang kinerja lingkungan perusahaan.
“Kami percaya bahwa keberhasilan lingkungan tidak bisa dipisahkan dari keberhasilan sosial. Melalui Mamalam, kami ingin membuktikan bahwa pertambangan yang berkelanjutan bisa menjadi sarana pemberdayaan dan transformasi nyata bagi masyarakat,” tambah Syarif.
Praktik Pertambangan Berwawasan Lingkungan
Program Mamalam awalnya hanya beranggotakan tujuh orang perempuan. Kini, kelompok tersebut berkembang pesat, mencakup dua desa dan enam dusun di Kecamatan Tayan Hilir dan Toba.
Mereka menjadi simbol bagaimana perusahaan dan komunitas lokal bisa tumbuh bersama dalam semangat keberlanjutan.
Dengan mengangkat potensi lokal dan kesadaran lingkungan, Mamalam tak hanya menjawab tantangan sosial-ekonomi masyarakat sekitar tambang, tapi juga menjadi contoh konkret praktik pertambangan berwawasan lingkungan yang patut ditiru.
Ketua Kelompok Mamalam, Suini, menjadi garda depan dalam reklamasi lahan pascatambang sekaligus mengelola kebun produktif seluas 8 hektare. Mereka menanam jambu kristal, membudidayakan sayur hidroponik, membuat pupuk organik, hingga menghasilkan lebih dari 500 ton pupuk kompos dari tandan kosong kelapa sawit (tankos) setiap bulan.
“Dulu kami tak punya penghasilan, jangankan untuk sekolah anak, untuk makan sehari-hari saja sulit,” kenang Suini menggambarkan kehidupan perempuan-perempuan di sekitar wilayah tambang Kalimantan Barat sebelum mengenal Program Mamalam.
Dengan program Mamalam, masyarakat perempuan diberi kepercayaan oleh Antam dan memberikan masnfaat lebih besar.
“Sekarang banyak orang datang belajar ke tempat kami. Kami bisa menyekolahkan anak, beli motor, bahkan menabung. Dan yang lebih penting, kami sadar lingkungan itu bagian dari kami yang harus dijaga,” ujar Suini.