Bisnis.com, JAKARTA — Vietnam telah menjelma sebagai salah satu pendorong utama pertumbuhan impor dan penggunaan batu bara global. Menggeliatnya aktivitas manufaktur negara tersebut telah mengantar volume impor batu bara ke rekor tertinggi.
Perusahaan pemantau pengapalan Kpler mencatat volume impor batu bara termal Vietnam mencapai 44 juta ton pada 2024. Volume itu naik 31% dibandingkan dengan 2023 dan jauh di atas pertumbuhan global yang hanya sebesar 1% menjadi 1,01 miliar ton.
Kenaikan impor batu bara ini turut terefleksi dalam impor batu bara Vietnam dari Indonesia. Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor komoditas mineral dalam kode HS 27 ke Vietnam mencapai 27,91 juta ton pada 2024, naik 37,28% dibandingkan dengan 2023 sebesar 20,33 juta ton.
Pertumbuhan impor batu bara Vietnam juga lebih tinggi daripada China, konsumen terbesar batu bara, yang naik 11%. Kpler juga mencatat bahwa data ini membuat Asia Tenggara menjadi kawasan penyumbang kenaikan impor batu bara terbesar.
Konsumsi batu bara Vietnam diperkirakan melanjutkan pertumbuhan, seiring dengan potensi penambahan kapasitas sebesar 15% dari proyek pembangkit listrik yang belum rampung.
Lonjakan impor batu bara ini tak lepas dari aktivitas manufaktur berorientasi ekspor Vietnam yang menyerap banyak energi. Batu bara sendiri masih menjadi sumber energi utama bagi negara beribu kota Hanoi itu.
Baca Juga
Rata-rata pertumbuhan ekonomi Vietnam mencapai 5,6% sejak 2018, tercepat di antara negara Asia Tenggara lain. Pada 2024, pertumbuhan ekonomi Vietnam bahkan menembus 7,08%. Performa ekonomi ini didukung oleh keberhasilan Vietnam dalam menarik rantai pasok manufaktur ke pusat produksi berbiaya rendahnya, terutama sejak Presiden AS Donald Trump memulai perang dagang dengan China.
Namun, ekspansi manufaktur Vietnam yang cepat telah menyebabkan lonjakan konsumsi energi yang signifikan. Hal ini memaksa perusahaan listrik lokal untuk meningkatkan pasokan listrik dengan berbagai cara.
Permintaan listrik Vietnam melonjak 27% dari 2018 hingga 2023, menurut Ember. Laju pertumbuhan ini melampaui kenaikan 23% di Indonesia dan 12% di Filipina, serta jauh di atas rata-rata global pada periode yang sama, sehingga memberikan tekanan berkelanjutan pada pemasok energi Vietnam.
Untuk menghindari gangguan listrik, pemasok energi Vietnam mengutamakan stabilitas dan efisiensi biaya dalam ekspansi pembangkit listrik. Kondisi ini pada akhirnya memperkuat ketergantungan pada Vietnam batu bara sebagai sumber utama energi.
Perusahaan energi Vietnam juga memiliki rencana untuk meningkatkan kapasitas pembangkit dari energi terbarukan dan sumber energi bersih lainnya antara 2030 dan 2050.
Namun, dalam jangka pendek, batu bara tetap menjadi pilihan utama bahan bakar listrik Vietnam, dan penggunaannya diperkirakan akan terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi negara tersebut pada masa mendatang.