Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masih Jauh dari Target, Bauran Energi Terbarukan (EBT) Cuma 14,1%

Realisasi bauran energi baru terbarukan dalam bauran energi nasional dilaporkan hanya mencapai 14,1% per 2024.
PLTP Muara Laboh Unit-2/kementerian ESDM
PLTP Muara Laboh Unit-2/kementerian ESDM

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya (ESDM) melaporkan realisasi proporsi energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional mencapai 14,1% per 2024.

Realisasi ini masih jauh dari target yang dicanangkan pemerintah dalam Kebijakan Energi Nasional yakni sebesar 23% pada 2025.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiyani Dewi mengatakan, capaian bauran energi itu naik dari yang sebelumnya 13,9% pada 2023. 

"Capaian bauran terbaru adalah naik 1%, jadi capaian EBT kita, kemarin 13,9% sekarang 14,1% target bauran EBT yang tercapai, sudah tambah 1% dengan tambahan kapasitas EBT terinstal 872 MW," tutur Eniya dalam acara 'Semangat Awal Tahun 2025' di Jakarta, Kamis (16/1/2025).

Dia pun mengamini kalau realisasi bauran EBT dalam energi nasional ini masih jauh dari target 2025. Oleh karena itu, pemerintah akan meninjau kembali target dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) tersebut.

Eniya menjelaskan, Presiden Prabowo Subianto akan meninjau kembali target bauran EBT dalam energi nasional karena dasar perhitungan terbaru akan berbeda. Eniya menyebut dalam perhitungan baru, KEN akan mempertimbangkan target pertumbuhan ekonomi 8%.

"KEN ini dikembalikan lagi ke presiden karena perlu ditinjau. Karena waktu itu perhitungannya masih berdasarkan pertumbuhan ekonomi 6,5%. Ini harus ditinjau ulang karena target kita adalah 8%. Sebentar lagi akan ditetapkan," jelas Eniya.

Diberitakan sebelumnya, Kementerian ESDM mengandalkan potensi energi panas bumi untuk meningkatkan bauran energi nasional.

Eniya memerinci, beberapa proyek panas bumi yang diharapkan dapat beroperasi pada akhir 2024, antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sorik Merapi sebesar 41 megawatt (MW), yang telah memperoleh sertifikat laik operasi (SLO) pada 15 Desember, serta PLTP Salak Binari sebesar 15 MW, dan PLTP Ijen sebesar 45 MW. 

"Dengan masuknya PLTP Sorik Merapi, yang terdiri dari 91 MW. 50 MW di antaranya sudah COD [commercial operation date] dan sisanya 41 MW tinggal menunggu amdal. Kami optimistis kontribusi bauran EBT akan meningkat secara signifikan," ujar Eniya beberapa waktu lalu.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, hingga saat ini, kontribusi listrik yang dihasilkan dari panas bumi telah mencapai 5% dari total bauran energi nasional, atau sekitar 40% dari bauran EBT. 

Sejak 2014, kapasitas terpasang PLTP telah meningkat sebesar 1,2 gigawatt (GW) sehingga total kapasitas terpasang panas bumi Indonesia kini mencapai 2,6 GW. 

Hal ini setara dengan 11% dari total potensi panas bumi Indonesia, menjadikannya sebagai produsen listrik panas bumi terbesar kedua di dunia, dengan kontribusi sebesar 5,3% terhadap bauran energi nasional. 

Adapun, hingga 2024 ini, pemerintah telah mengidentifikasi 362 titik potensi panas bumi dengan kapasitas total 23,6 GW. Selain itu, telah disiapkan sebanyak 62 wilayah kerja panas bumi dan 12 wilayah penugasan untuk survei pendahuluan dan eksplorasi panas bumi yang masih aktif hingga saat ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper